Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Motivasi Belajar Anak Zaman Sekarang

 

Gambar : Motivasi Belajar Anak Zaman Sekarang/silviavird.blogspot.com

    Pakar pendidikan mengatakan bahawasanya Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75). Jadi belajar butuh sebuah motivasi yang timbul dari dalam diri siswa, guru, orang tua dan lingkungan.

Kembali beberapa tahun silam, saat saya sekolah di bangku SD/MI, belajar adalah sebuah budaya bagi siapa saja, dia pintar atau tidak akan membiasakan berkumpul di rumah salah satu teman untuk nderes. Kegiatan belajar tidak serta merta selalu serius seperti les zaman sekarang, kami berkumul di salah satu rumah habis mengaji maghrib atau habis shalat isya dengan membawa buku pelajaran untuk esok hari. Kami baca perkiraan pelajaran yang akan disampaikan besok, atau mengerjakan Tugas atau PR. Rutinitas ini kami lakukan dengan berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah teman yang lainnya, terkadang kami belajar Cuma sebentar kemudian dilanjutkan dengan bermain atau makan-makan.

Saat melanjutkan di Pondok Pesantren, lingkungan sangat memotivasi untuk disiplin belajar, motivasi alami yang diciptakan lingkungan sekitar. Kami jauh dari orang tua, tapi motivasi tetap ada di dekat kami. Pengalaman demi pengalaman setiap tahun terlewati, sampai saat ini saya menjadi seorang guru di sebuah sekolah swasta di Surabaya Selatan.

Pengalaman ini membawa saya untuk mengaca dan merasakan adanya motivasi yang surut dengan anak-anak zaman sekarang. perasaan subyektif hingga obyektif saya coba lakukan dalam sekala kecil siswa-siswi di tempat mengajar. Saya mulai dengan metode pertama yaitu wawancara, saya ambil acak untuk mengetahui motivasi belajar mereka. Dua sampai tiga anak dari kelas 8 tidak pernah belajar selama di rumah, tugas di kerjakan di sekolah. Mereka meninggalkan buku di laci sekolah agar tidak memberatkan saat pulang dan pergi ke sekolah. Salah satu alasan mereka tidak belajar selain di sekolah adalah waktu, mereka kekurangan waktu bermain karena sekolah full day dari pukul 06.30-15.30 WIB yang terkadang dilanjut dengan ekstra kulikuler pilihan atau wajib.

Orang tua mereka juga membiarkan anak-anaknya tidak belajar di rumah, mereka bebas melakukan apa saja saat di rumah asal tidak banyak menggunakan gadget atau keluar rumah. Bukti yang lainnya adalah hasil Tes Harian, Tengah Semester dan Akhir Semester, nilai anak-anak selama proses dan akhir dari proses menunjukkan pada prsentase 53% ketuntasan. Jadi, masih ada 47% yang tidak tuntas, kondisi ini dipengaruhi oleh proses yang dilakukan oleh anak-anak yang kurang sesuai dengan capain mata pelajaran.

Sebagian anak yang lain, tetap semangat dan mau mengikuti pelajaran dengan sebaik-baiknya. Kondisi ini juga saya pertanyakan, apakah mereka suka dengan mata pelajaran ini? Atau atas dorongan apa?.berbagai jawaban saya dapatkan, mulai dari keinginan untuk bisa mengetahui pelajaran ini karena bahasa Al-Qur’an dan Hadits, sebagai penunjang untuk hafalan Al-Qur’an, untuk mendapat nilai yang bagus, dorongan orang tua untuk belajar mata pelajaran apapun. Motivasi-motivasi belajar yang mereka ungkapkan berbeda-beda.

Banyaknya siswa yang kurang termotivasi untuk belajar di lingkungan kita memang dipengaruhi banyak faktor, seperti gadget, kurangnya dorongan orang tua, dan tidak tujuan secara pribadi. Kondisi ini awalnya saya kira hanya ada di Kota-kota besar, kenyataannya di desa juga mengalami degradasi yang sama. Jika dulu anak-anak di desa suka belajar meskipun tidak ada label pintar atau cerdas, akan tetapi sekarang belajar hanya untuk menghadapi ujian semata. Mereka tidak mau belajar di hari-hari biasa untuk sekedar belajar membaca, pelajaran esok hari, berlatih berhitung dan lain sebagainya.

Orang tua juga sudah berupaya untuk memberikan fasilitas seperti les private, memenuhi buku pelajaran, membelikan SmartPhone dan lain sebagainya. Terkadang mereka juga resah atas ketidakmampuan diri untuk mengajar sesuai dengan zaman ini, terkadang juga karena tidak ingin memaksa belajar yang akhirnya anak-anak menjadi tertekan.

Motivasi belajar dari zaman ke zaman memang berubah, dimana motivasi intrinsik dan ekstrinsik keduanya mengalami penurunan, dan menjadi PR untuk semua orang yang berperan di dunia pendidikan. Dampak penurunan ini menjadikan Indonesia menjadi peringkat ke-5 dari bawah dalam kemampuan minat membaca dan urutan ke-5 kebawah dari 83 Negara dalam bidang sains. Indonesia kalah dengan Negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Oleh karena itu, marilah saling mencoba meningkatkan motivasi belajar diri kita masing-masing, dengan harapan orang-orang terdekat kita mampu terpengaruhi dan termotivasi untuk belajar juga.


Posting Komentar untuk "Motivasi Belajar Anak Zaman Sekarang"