Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MODEL KURIKULUM SUBJEK AKADEMIK




oleh : Silvia Virda Susanti
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun.[1] Dalam definisi yang lain adalah program rancangan belajar mengajar yang dipedomani oleh pendidik dan peserta didik.[2] Oleh karena itu kurikulum merupakan acuan dalam pelaksanaan pendidikan.

Pengetahuan senantiasa merupakan inti kurikulum sejak ada sekolah dan kurikulum merupakan inti pendidikan formal. Anak-anak dikirim kesekolah agar mempelajari ilmu dan menguasai sejumlah pengetahuan. Pengetahuan merupakan warisan ummat manusia yang ditupuk selama berabad-abad dan masih terus akan dikembangkan selama manusia ada di dunia ini.
Kurikulum dalam dunia pendidikan dapat dikategorikan kedalam empat kategori umum yaitu: humanistik, reskontruksi sosial, teknologi dan akademik. Masing-masing kategori memiliki perbedaan dalam hal apa yang harus diajarkan, oleh siapa diajarkan, kapan, dan bagaimana mengerjakannya. Konsep kurikulum humanistik lebih mengarah pada kurikulum yang dapat memuaskan setiap individu, agar mereka dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi dan keunikan masing-masing.Adapun konsep kurikulum rekostruksi sosial tidak sekedar nenekankan pada pada minat individu, tetapi juga pada kebutuhan sosialnya. Konsep kurikulum teknologi member pandangan bahwa kurikulum harus dibuat sebagai suatu proses teknologi untuk dapat memenuhi keinginan pembuat kebijakan. Konsep kurikulum akademik, disisi lain dipandang sebagai wahana untuk mengendalikan mata pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik.



B.       Tujuan pembuatan makalah
Makalah ini dibuat untuk memahami ilmu tentang kurikulum subjek akademik, diantaranaya adalah:
1.      Pengertian kurikulum subjek akademik.
2.      Gambaran umum perenialisme pendidikan
3.      Gambaran umum esensialisme pendidikan.
4.      Pendekatan kurikulum subjek akademik
5.      Karakteristik kurikulum subjek akademik.
6.      Kelebihan dan kekurangan kurikulum subjek akademik.
























BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Kurikulum Subjek Akademik
Kurikulum subjek akademik merupakan kurikulum model yang tertua dalam dunia pendidikan, model ini diambil dari pendidikan klasik yaitu perenialisme dan esensialisme yang berorientasi pada masa lalu, semua pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu.[3] Perenialisme merupakan sutau aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosikultural. Esensialisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa suatu entitas memiliki karakteristik yang inheren dan melekat sehingga tidak dapat dipisahkan dengan entitas tersebut dan sekaligus mendefinisikannya. Ini mencakup keyakinan akan esensi, yaitu apa yang membuat sesuatu adalah sesuatu tersebut, berlawanan dengan kontingensi, yaitu sesuatu yang hanya kebetulan, yang ketiadaannya tidak akan meniadakan sesuatu tersebut.[4] Sehingga definisi esensialisme dalam dunia pendidikan adalah mengembalikan esensi manusia kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak peradaban manusia.
Kurikulum subjek akademik lebih mengutamakan isi pendidikan, isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu. Setiap aspek pendidikan sangat diperhatikan dalam pembagian tugasnya, contohnya: guru sebagai seorang yang ahli dalam fokus ilmu masing-masing, selain sebagai penyampai ilmu adalah sebagai model untuk siswa-siswinya.
B.       Gambaran Umum perenialisme pendidikan
Pendukung filsafat perenialisme adalah Robert Maynard Hutchins dan Mortimer Adler. Hutchins (1963) mengembangkan sutu kurikulum berdasarkan penelitian terhadap Great Books (buku besar bersejarah)  dan pembahasaan buku-buku klasik . Perenialis mengunaksn prinsip-prinsip yang dikemukakan plato, Aristoteles, dan Thomas Aquino. Pandangan -pandangan plato  dan Aristoteles mewakili peradaban yunani kuno serta ajaran Thomas Aquino dari abad pertengahan. Filsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philoshopia perenis. Pendidri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudisn didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13.[5]
Pandangan tiga filsuf terhadap pendidikan
1.    Menurut plato: pendidikan adalah membina pemimpin yang sadar akan asas normatif dan melaksanakannya dalam semua aspek kehidupan.
2.    Menurut Aristoteles: pendidikan membentuk kebiasaan pada tingakat pendidikan usia muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan moral.
3.    Menurut Thomas Aquin: pendidikan adalh menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada kesadaran tiap-tiap individu.
Filsafat pendidikan perenialisme mempunyai enam prinsip dalam pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:
1.    Kebenaran yang bersifat universaldan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan oramg.
2.    Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran.
3.    Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung.
4.    Pendidikan adalah kegiatan liberal utuk mengembangkan nalarbeberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan.
5.    Menurut plato pendidikan adalah yang ideal harus didasarkan didasarkan paham, atas nafsu, kemauan, dan akal.
6.    Menurut Aritoteles pendidikan perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya.Menurut Thomas Aquina pendidikan adalah menuntut kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif.[6]
Tujuan pendidikan pada konsep ini adalah membantu anak untuk menanamkan kebenaran-kebenaran yang hakiki yang dapat dicapai dengan tujuan pendidikan melalui Latihan intelektual secara cermat untuk melatih pikiran dan Latihan karakter sebagai cara mengembangkan manusia secara sepiritual.
Tugas utama pendidikan adalah guru, dimana tugas pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik . aliran perenialisme menetapkan peran guru adalah peran yang dominan dalam penyelengaraan kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas dan Guru hendaknya adalah orang yang menguasai cabang ilmu, yang bertugas membimbing diskusi yang akan memudahkan siswa dalam menyimpulkan kebenaran, yang tepat, tanpa cela, dan dipandang sebagai orang yang memiliki otoritas dalam suatu bidang pengetahuan dan kehlianya tidak diragukan. Adapaun hakikat murid berdasarkan aliran perenialisme adalah manusia yang dibimbing oleh guru untuk mentransformasi pengetahuan dan nilai yang mencakup aspek kemanusiaan, kesadaran, dan sikap yang terjadi di sekitarnya.
Teori dasar dalam belajar menurut perenialisme adalah Mental disiplin sebagai teori dasar, Rasionalitas dan asas kemerdekaaan, Learning to Reason ( belajar untuk berfikir), dan Belajar sebagai persiapan hidup, adapun Kurikulum menurut pandangan perenialis harus menekankan pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “pelajar  secara cultural” para siswa harus berhadapan dengan bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik yang diciptakan oleh manusia.
C.      Gambaran umum esensialisme pendidikan
Konsep pendidikan esensialisme pendidikan mempunyai beberapa aspek yang diputuskan oleh aliran esensialis, diataranya adalah:
1.    Gerakan Back to Basic. Kaum esensialis mengemukakan bahwa sekolah harus melatih atau mendidik siswa untuk berkomunikasi dengan jelas dan logis, keterampilan-keterampilan inti kurikulum haruslah berupa membaca, menulis, berbicara dan berhitung, serta sekolah memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan penguasaan terhadap keterampilan-keterampilan tersebut. Pendidian harus bersifat praktis dan memberi pengajaran yang logis untuk mempersiapkan manusia yang seutuhnya.
2.         Tujuan Pendidikan. Tujuannya adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama, serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji.
3.        Kurikulum esensialisme seperti halnya perenialisme, yaitu kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran (subjek matter centered). Pengusaan materi kurikulum tersebut merupakan dasar yang esensialisme general education (filsafat, matematika, IPA, sejarah, bahasa, seni dan sastra) yang diperlukan dalam hidup belajar dengan tepat berkaitan dengan disiplin tersebut akan mampu mengembangkan pikiran (kemampuan nalar) siswa dan sekaligus membuatnya sadar akan dunia fisik sekitarnya.
4.        Peranan Guru dan Sekolah. Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah pada generasi pelajar dewasa ini, melalui hikmah dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional. Selanjutnya mengenai peranan guru banyak persamaan dengan perenialisme. Guru dianggap sebagai seorang yang menguasai lapangan subjek khusus dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk digugu dan tiru. Guru merupakan orang yang mengusai pengetahuan, dan kelas berada di bawah pengaruh dan penguasaan guru.
5.        Prinsip-prinsip Pendidikan Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam diri siswa, Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada siswa. Peranan guru adalah menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak-anak, guru disiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas tersebut, Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan, Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental, Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.[7]
D.      Pendekatan kurikulum subjek akademik
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran atau mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.[8]
Contoh aplikasi pendekatan kurikulum subjek akademik adalah pelajaran Bahasa Arab yang mempunyai empat aspek kajian utama yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempatnya sangat berkaitan dalam pemerolehan dan pengembangan bahasa seseorang, kemudian di dukung dengan pembelajaran kaidah-kaidah bahasa. Dalam mata pelajaran yang lain seperti pendidikan agama Islam terdiri dari berbagai aspek yaitu fiqih, aqidah, akhlak, sejarah kebudayaan islam dan Al-Qur’an Hadits. Maka dari itu Pendekatan-pendekatan kurikulum subjek akademik adalah sebagai berikut:
a.       Yang melanjutkan pendekatan struktur disiplin dengan menonjolkan proses penelitian ilmiah. Proses ini juga dikenakan pada masalah sosial,nilai-nilai, kebijaksanaan tokoh-tokoh pemerintahan.
b.      Pelajaran terpadu, untuk memahami masalah kompleks diperlukan bantuan berbagai disiplin ilmu. Satu disiplin saja tidak akan memadai.
c.       Pendidikan fundamental, aliran ini juga mementingkan isi atau materi di samping cara-cara atau proses berfikir. Untuk mempelajari sesuatu secara fundamental, siswa harus dihadapkan dengan tokoh-tokoh besar dalam bidang ilmu itu, yaitu mereka yang meletakkan dasar-dasarnya.[9]

E.       Karakteristik Kurikulum Subjek Akademik
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis ini adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Dengan berpengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, para siswa diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas. Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum dengan pendekatan subjek akademik adalah metode ekspositori dan inkuiri.[10]
Ahli pendidikan menyebutkan beberapa pola organisasi kurikulum dengan subjek akademis:
1.      Correlated Curriculum: pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
2.       Unified atau Concentrated Curriculum: pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai disiplin ilmu.
3.       Integrated Curriculum,: tidak adanya warna disiplin ilmu.
4.       Problem Solving curriculum; pola organisasi isi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.[11]


F.       Kelebihan dan kelemahan kurikulum Subjek Akademik
1.      Kelebihan kurikulum subjek akademik
a.       Kelebihan dari kurikulum ini adalah pengedepanan intelektual siswa, karena Pendidikan berfungsi untuk memelihara, mengawetkan dan meneruskan budaya tersebut kepada generasi berikutnya.
b.      Pemilihan aspek-aspek dalam satu mata pelajaran yang mampu membantu tersistemnya sebuah pemahaman.
c.       Mempersiapkan manusia dari dunia intelektualisme kepada dunia aktual yaitu masyarakat.
2.      Kelemahan kurikulum subjek akademik
Para pengembang kurikulum subjek akademis lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan bahan dengan kemampuan berpikir anak. Umumnya kurang memperhatikan bagaimana siswa belajar melainkan lebih mementingkan susunan isi atau apa yang akan dipelajari. Para ahli kurikulum subjek akademis juga memandang materi yang akan diajarkan bersifat universal dan mengabaikan karakteristik siswa dan kebutuhan masyarakat setempat.





BAB III
KESIMPULAN
1.        Kurikulum subjek akademik merupakan kurikulum model yang tertua dalam dunia pendidikan, model ini diambil dari pendidikan klasik yaitu perenialisme dan esensialisme yang berorientasi pada masa lalu, semua pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu.
2.        Teori dasar dalam belajar menurut perenialisme adalah Mental disiplin sebagai teori dasar, Rasionalitas dan asas kemerdekaaan, Learning to Reason ( belajar untuk berfikir), dan Belajar sebagai persiapan hidup, adapun Kurikulum menurut pandangan perenialis harus menekankan pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “pelajar  secara cultural” para siswa harus berhadapan dengan bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik yang diciptakan oleh manusia.
3.        Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak peradaban umat manusia.
4.        Pendekatan kurikulum subjek akademik adalah sistemisasi materi pengajaran dalam mata pelajaran, atau pengaturan komposisi mata pelajaran pada setiap jenjang agar bisa menjadikan manusia yang intelektual menjadi aktual.
5.        Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi dan evaluasi.
6.        Kelebihan kurikulum subjek akademik adalah menyiapkan manusia dengan segala macam ilmu, nilai dan akhlaq yang sesuai dengan jenjang belajar dan cara berfikir untuk mencapai manusia yang aktualis untuk hidup bermasyarakat.







DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Muhaimin. 2005.  Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Kencana.

Nasution. 1986.  Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Alumni, 1986.

syaodih sukmadinata, Nana. 2007. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosyda Karya, 2007

Sutopo, Hendyat dan wasty sumanto. 1986.  Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bina Aksara

Sumber Internet
http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-kurikulum-definisi-para-ahli-kurikulum.html# diakses pada tanggal 29 September 2017 pada pukul 21:04.
https://id.wikipedia.org/wiki/Esensialisme diakses pada tanggal 29 September 2017 pada pukul 19.01 Wib
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/22/pendidikan-filsafat-perenialisme-dalam-pembelajaran/ diakses pada tanggal 29 September 2017 pada pukul 19:18

http://shofiorenza.blogspot.co.id/2010/11/filsafat-pendidikan-esensialisme.html diakses pada tanggal 29 September 2017 pada pukul 19:55


[1] Hendyat sutopo dan wasty sumanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Bina Aksara, 1986), 14.
[2] http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-kurikulum-definisi-para-ahli-kurikulum.html# diakses pada tanggal 29 September 2017 pada pukul 21:04.
[3] Nana syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung : PT Remaja Rosyda Karya, 2007), 81  
[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Esensialisme diakses pada tanggal 29 September 2017 pada pukul 19.01 Wib
[5] https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/22/pendidikan-filsafat-perenialisme-dalam-pembelajaran/ diakses pada tanggal 29 September 2017 pada pukul 19:18
[6] https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/22/pendidikan-filsafat-perenialisme-dalam-pembelajaran/ diakses pada tanggal 29 September 2017 pada pukul 19:39
[7] http://shofiorenza.blogspot.co.id/2010/11/filsafat-pendidikan-esensialisme.html diakses pada tanggal 29 September 2017 pada pukul 19:55
[8] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2005), 140.
[9] S. Nasution, Pengembangan Kurikulum (Bandung : PT Alumni, 1986),28
[10] Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), 82.
[11] Ibid, 84-85

Posting Komentar untuk "MODEL KURIKULUM SUBJEK AKADEMIK"