Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengutamakan Urusan Rumah.

        

Gambar 1 : Mengutamakan Urusan Rumah, silviavird.blogspot.com

    Seberapa pentingkah mengutamakan urusam rumah? Persoalan ini terlihat remeh tapi dicontohkan dalam salah satu surat Al-Qur’an.  Salah satu surat yang memberikan gambaran tentang mementingkan urusan rumah atau keluarga, yaitu At-Tahrim, surat ke-66 dalam Al-Qur’an ini mempunyai 12 ayat. Surat ini diturunkan di Madaniyah, surat yang diturunkan di Maddinah, dengan ciri-ciri isi kandungannya umumnya berkaitan dengan kewajiban semua makhluk dalam beribadah, beramal shaleh, berdakwah , ayatnya mengandung berbagai hukum juga ketetapan, kalimatnya banyak yang menggunakan kata mendalam, dan mempunyai makna yang kuat.

Kenapa surat ini dinamakan At-Tahrim? Pengambilan nama dari ayat satu, dimana disana ada kata Tukharrimu yang mempunyai arti mengharamkan, “wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Qs. At-Tahrim : 1). Di ayat satu ini dijelaskan tentang cara Nabi Muhammad mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah. Dari sinilah pengambilan nama At-Tahrim.

Surat ini bisa dibagi menjadi tiga penting pembahasan, diantaranya adalah keidupan Pernikahan atau rumah tangga Nabi Muhammad SAW dengan sitri-istrinya, Perintah Jihad, dan contoh-contoh istri yang baik dan jelek.

   Kehidupan pernikahan atau rumah tangga Nabi Muhammad SAW dengan istri-istrinya.

Dalam surat At-Tahrim ada dua kata Ya Ayyuhannaby yang mempunyai arti wahai nabi dua kali. Pada ayat pertama dapat kita temukan kata panggilan kepada Nabi, Ya Ayyuhanaby. Pada seruan pertama ini berkaitan dengan persoalan rumah tangga beliau. Dimana Nabi Muhammad mengharamkan sesuatu yang halal dari Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW mempunyai istri yang memiliki keistimewaan yang berbeda dengan istri-istri yang lainnya kecuali Khadijah ra. Beliau adalah Mariyah al-Qibtiyah, melalui beliau Nabi Muhammad mempunyai seorang putra, yang beliau kasih nama Ibrahim. Ibrahim kecil wafat sebelum usia 2 tahun.

Ketika Nabi berkunjung ke rumah Mariyah, beliau disuguhkan madu. Beliau sangat suka dengan madu sehingga sangat lama ketika berkunjung ke rumah salah satu istrinya ini. Dari sebab inilah menjadikan istri-istri Nabi yang lain merasa cemburu, sehingga beliau mengharamkan madu padahal Allah menghalalkan, karena madu mempunyai segudang manfaat yang sangat bagus untuk tubuh manusia.

    Perintah berjihad

Perinta berjihad ini dijelaskan pada ayat ke-9, “Wahai Nabi! Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah Neraka Jaanam dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Qs At-Tahrim : 9). Seperti ciri-ciri surat madaniah yang disebutkan diatas, maka di ayat inilah bukti bahwa isi surat madinah anjuran berdakwah. Dakwah Nabi Muhammad disini adalah seruan untuk memerangi orang kafir dan munafik. Anjuran berjihad diletakkan pada ayat 9 setelah ayat 1 sampai 8 membahas tentang menyelesaikan urusan rumah tangga Nabi Muhammad dengan istri-istrinya.

    Contoh-contoh istri yang baik dan buruk.

Ayat selanjutnya, yaitu 10 sampai 12 membahas tentang contoh-contoh istri yang baik dan buruk. Ayat 10 dicontohkan istri Nabi Luth dan Nabi Nuh, “Allah membuat perumpamaan orang-orang kafir, istri Nuh, dan Istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hemba-hamba kami, lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari siksa Allah, dan dikatakan (kepada istri itu), masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk neraka” (Qs A-Tahrim : 10).

Gambar 2 : Mengutamakan Urusan Rumah, silviavirda.blogspot.com

Kisah diatas mengajak kita merenung bahawasanya kedua perempuan istri Nabi itu ingin menggagalkan dakwah Nabi Luth dan Nabi Nuh.  Keduanya berkhianat dengan orang terdekatnya, yaitu suami. Mereka tidak berkhianat dalam urusan suami istri akan tetapi pada dakwah. Istri Nuh menyebarkan keburukan. Bahwa suaminya tela gila. Sedangkan istri Nabi Luth menyerukan maksiat kepada para tamu-tamunya.

Ayat 11 mengisahkan contoh istri Nabi Fir’aun, ‘Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir’aun, ketika dia berkata Ya Tuhanku, bangunkanlah untuku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbutannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim. (Qs At-Tahrim : 11) ayat ini mengisahkan seorang istri Fir’aun yang bernama Asiyah. Kegigihan dan ketaatannyalah menjadikan beliau mendapat jaminan surga. Asiyah Binti Muzahim adalah istri yang sangat dicintai oleh Fir’aun, sehingga Fir’aun tidak bisa mengekang sesuai dengan keinginannya.

Ayat ke-12 mengisahkan kemuliaan seorang perempuan yang hamil tanpa menikah, yaitu Maryam putri Imran, “Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuannya dan Kitab-kitabNya, dan dia termasuk orang-orang yang taat” (Qs At-Tahrim : 12).  Kedalam rahimnyalah, Allah menitipkan ruh seorang Nabi Isa as. Dengan ujian kehormatan, Maryam tetap sabar dan taat kepada Allah.

Mengutamakan Urusan rumah

Surat At-Tahrim ini salah satu contoh bahwa Al-Qur’an mampu memberi gambaran dalam tata cara kehidupan umat Islam. Susunan ayatnyalah yang memberikan gambaran bahwasanya Allah menyeru untuk menyelesaikan urusan rumah tangga terlebh dahulu. Dicontohkan rumah tangga Nabi Muhammad SAW pada ayat 1-8, kemudian dilanjutkan dengan ayat 9 seruan untuk berjihad. Jadi, ketika Nabi Muhammad sudah menyelesaikan urusan rumah tangganya dengan membuat keputusan untuk mengharamkan madu padahal Allah menghalalkan untuk menyenangkan istri-istri yang lainnnya dengan berupaya adil, agar tidak timbul kecemburuan dari istri-istri yang lain terhadap Mariyah Al-Qibtiyah, Allah menyerukan untuk mulai berjihad untuk memerangi orang-orang kafir.

Kondisi diatas sudah terjadi beratus-ratus tahun yang lalu, yang dikisahkan dalam Al-Qur’an tapi masih relevan dengan kehidupan kita saat ini. Dalam berbagai hal urusan rumah tangga mulai terkecil sampai terbesar yang rumit diselesaikan akan tetap mengganjal pikiran saat beraktivitas diluar rumah. Contoh terkecil untuk perempuan pekerja yang sekaligus mengerjakan urusan rumah sendiri tanpa Asisten rumah tangga, meninggalkan cucian baju atau piring menumpuk mampu menganggu fikiran saat bekerja di luar rumah, begitu juga dengan urusan-urusan yang lebih rumit lainnya.

Maka, betapa agungnya Kitab terakhir yang diturunkan dan disempurnakan sebagai pegangan dan landasan hidup umat Islam, bukti bahwasanya Al-Qur’an mampu menjawab persoalan masa depan dari sejak diturunkannya. Jadi, mulailah berusaha untuk menyelsaikan urusan rumah sebaik mungkin sebelum berjihad di luar rumah!


Posting Komentar untuk "Mengutamakan Urusan Rumah."