Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teacher Is My Choice

     Became a Teacher is a Choice

   


    Menjadi guru adalah impian saya sejak sekolah di Madrasah Aliyah, entah karena terinspirasi oleh orang tua atau memang murni ingin. Pada saat itu pikiran saya adalah menjadi guru karena itu menjadi profesi yang cukup comfortableI untuk seorang perempuan, dimana punya tanggung jawab sebagai madrasah pertama untuk anak-anaknya. 

    Profesi ini memang benar-benar terwujud sejak saya lulus dari Perkuliahan Strata 1, saya mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Arab di Uin Sunan Ampel Surabaya. Pada tahun 2015, beberapa bulan saya menunggu wisuda, mencoba melamar sebagai guru Baca Tulis Al-Qur'an (BTQ) atas saran teman. Sebenarnya, instansi yang saya lamar membutuhkan guru laki-laki tapi ingin membandingkan dengan perempuan. Rezeki memang tidak pernah luput, akhirnya sejak pada hari setelah saya mengajukan lamaran dan tes saya dipanggil untuk memulai mengajar di Instansi tersebut. 

    Satu tahun berjalan, saya menjadi guru Intrakulikuler. Saya datang mengajar dan pulang saat selesai karena saya tidak punya tanggung jawab lebih disana. Satu tahun berlalu, memang di tahun itu ada pergantian Kepala Sekolah sehingga banyak regulasi yang berganti, mulai dari struktur hingga kebijakan yang ditentukan. Di Tahun kedua saya diamanahi mengajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Muatan Lokal dan Bahasa Arab sekaligus staff bagian keagamaan. Satu tahun pertama memang sangat berat, karena saya belum begitu faham dengan tugas tambahan ini sehingga saya perlu banyak adaptasi dengan teman kerja sekaligus dengan kegiatan yang akan saya lakukan dalam satu tahun pelajaran.

    5 Tahun berlalu, saya tetap mengampu pelajaran yang sama dan jabatan tambahan yang sama. Tahun-tahun selanjutnya sudah terbiasa dan mulai mencoba kegiatan-kegiatan baru yang tentunya memakai metode Trial and Error. Kegiatan-kegiatan di luar juga mulai saya ikuti, seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Arab untuk setingkat Kota, Pelatihan-pelatihan yang menunjang kemampuan diri maupun lembaga.

    Tahun 2021, tepatnya Bulan September saya memutuskan untuk mengakhiri profesi yang saya sukai. Saya pindah ikut dengan suami ke Kota yang jauh dari Surabaya. Alhamdulillahnya, setelah itu saya mendapat tawaran mengajar Mahasiswa salah satu Universitas Swasta di Surabaya secara daring dari tempat tinggal saya sekarang. Saya mencicipi sebagai Dosen Luar Biasa (DLB) kurang lebih 4 bulan. Ini cukup menjadi pengalaman untuk mengobati beberapa kesempatan yang pernah saya coba tapi tidak menjadi rezeqi saya.

    Tempat baru di usia yang sudah cukup lanjut untuk mencari kerja memang tidak mudah, tapi kita sebagai hamba harus tetap mengimani Takdir. Allah pasti memberikan yang terbaik untuk hambanya. Beberapa bulan setelah saya menikah, tetap berkesempatan untuk mengajar private di rumah. Pekerjaan ini sudah menjadi pekerjaan yang biasa saya lakukan di sela-sela mengajar di Surabaya, apalagi tidak perlu kemana-mana. Diam di rumah, ada yang datang.

    Banyak hikmah yang saya dapatkan, dimana mengajar bukan sekedar memberi tapi tetap Take and Give. Kita bisa memberi apa yang kita punya kepada anak-anak didik akan tetapi kita juga bisa menerima banyak ilmu untuk mengembangkan apa yang kita tekuni, seperti mengatasi berbagai macam watak anak, mengembangkan metode dan media ajar dari hasil evaluasi. Saat saya masih mengajar di Instansi, setiap memulai tahun ajaran baru, saya akan merenung dengan apa yang sudah saya lakukan dalam satu Tahun berlalu, karena saya mengajar Bahasa Arab di kalangan anak-anak yang awam dengan pelajaran tersebut, sehingga terkadang saya menurunkan ekspektasi muatan pelajaran dari yang saya inginkan sejak Praktek Pengalaman Lapangan (PPL).

Posting Komentar untuk "Teacher Is My Choice"