PELAJARAN KEHIDUPAN TAHUN 2020
Tahun
2020 seakan-akan baru dimulai Januari, kisaran hampir 4 bulan lalu dimulai.
Banyak catatan kontemplasi tahun 2019 sebagai wujud resolusi 2020 tertulis
diangan manusia-manusia penggila kesempurnaan pencapaian. Sejak akhir Tahun
2019, Dunia telah digemparkan dengan Makhluk Allah yang ukurannya sangat kecil,
tidak bisa terlihat kasat mata manusia. Keberadaannya menjadikan manusia di
belahan Bumi ini gugup dan takut atas ketidaksiapan bencana ini. Bencana yang
mampu menyerang ribuan manusia, ketakutan yang
melanda ini dikarenakan kematianlah yang mampu mengakhiri hidup. Makhluk
itu bernama Corona Virus 2019 (Covid-19)
Indonesia
menemukan 3 orang pasien positif diawal
Maret 2020, kemudian data menunjukkan sampai 27 April 2020 ini pada angka
positif 8.882 orang, sembuh 1.107 orang, dan mninggal 743 orang. Terhitung 2
Bulan, pertumbuhan yang sangat pesat dan menjadikan kepanikan luar biasa di
mana-mana. Dunia pendidikan, Perkantoran, Ibadah dan lain sebagainya mendapat
Imbas untuk menghentikan aktivitas di lembaga masing-masing dengan mengganti
Belajar dari Rumah (BDR) atau Study From Home (SFH) dan Bekerja dari
Rumah (BDR) atau Work From Home (WFH), segala aktivitas dari Rumah
kecuali pekerjaan untuk mencukupi kehidupan pangan dan sandang manusia.
Work From Home (WFH) juga berlaku bagi saya yang
seorang Guru Swasta di Surabaya. Surabaya menjadi kota kesekian yang mulai
banyak pasien Positif Covid. Sehingga sejak senin, 9 April 2020 kegiatan
belajar sudah mulai di rumah. Guru mulai diharuskan bekerja dari rumah seminggu
kemudian sampai hari ini karena kondisi Surabaya yang tidak aman.
Banyak
pelajaran kehidupan berharga yang diajarkan oleh sang Maha Pencipta. Pertama
adalah Perenungan. Dengan adanya Covid-19 kita diajak untuk merenung
akan kekuatan dan ke-Maha Dasyatan Pencipta bahwa kita tidaklah apa-apa di
BumiNya ini. Bagaikan butiran debu yang menyelimuti Bumi. Negara Maju yang
sudah terkenal dengan teknologi disegala bidang ikut terserang dengan jumlah pasien
positif atau meninggal cukup tinggi. Dengan kekuatanNya banyak manusia tumbang
yang akhirnya meninggal. Kepanikan akan Covid-19 ini adalah jika meninggal maka
tidak ada keluarga yang bisa mengikuti Ibadah kematian sesuai dengan agama
masing-masing atau bahkan ikut
menguburkan. Tidak ada jaminan, kaya miskin, maju berkembang, tua muda,
berpendidikan atau tidak semua akan bisa terkena Pandemi yang luar biasa ini.
Saya mulai diajak berfikir dan merenung atas kekuatan Tuhan untuk mengingatkan
manusia seperti art dari surat Ali Imran ayat 190-191 : sesungguhnya dalam
penciptaan langt dan bumi, dan silih bergantina malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi. Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini semua, dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.
Kedua
adalah Kesyukuran. Bersyukur adalah suatu keharusan untuk menghilangkan
rasa kufur. Banyak hal yang mampu disyukuri di masa pandemi ini. Saya bisa
berkumpul dengan keluarga dengan durasi yang tidak bisa diterka. Suatu hal yang
tidak biasa di tahun-tahun sebelumnya. Jarang sekali saya bisa berlama-lama di
rumah dalam jangka waktu satu bulan lebih beberapa tahun terakhir. Saya bisa
lebih menikmati bekerja tanpa harus mengeluarkan energi yang lebih banyak. Saya
bisa mengatakan bahwa kondisi ini menjadi jawaban akan keinginan untuk bekerja
lebih santai sesuai dengan target dan tanggung jawab sendiri. Wujud syukur yang
lain yaitu, mampu menjalani Bulan mulia penuh ampunan ini masih seperti sedia
kala. Saya masih bisa berpuasa, shalat jamaah atau tarawih di Masjid dengan
tetap menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, dan membawa
handsanitizer, merenggangkan shaf shalat. Ini adalah wujud kesyukuran atas
nikmat yang luar biasa disaat umat muslim yang lainnya merindukan untuk tetap
shalat di masjid. Maka kejadian ini selain mengharuskan mawas diri juga kondisi
yang harus disyukuri sebagai nikmat kehidupan sebagaimana di surat Ar-Rahman
ayat 16 : Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?.
Terlebih suatu nikmat sehat, mampu beraktivitas dari rumah.
Ketiga
adalah Belajar. Dengan berlakunya BDR atau WFH untuk saya. Maka banyak
belajar adalah pelajaran kehidupan ketiga buat saya. saya bisa sesuka hati
belajar apapun yang saya inginkan disaat hari-hari biasa kerja di Sekolah yang
tidak mampu tertunaikan. Pertama, saya belajar mengatur waktu untuk tetap
memperbanyak Ibadah sunnah dengan waktu luang yang ada. Kedua, mengatur waktu
untuk bekerja dan membantu orang tua di rumah. Ketiga, belajar memasak makanan
yang disukai, karena betapa banyak kebahagiaan yang mampu diciptakan dari
dapur. Keempat, saya adalah guru swasta dan mengajar muatan lokal. Bagi guru
yang sudah belasan tahun mendedikasikan diri di dunia pendidikan akan tahu
tingkat penerimaan pelatihan guru. Guru muatan lokal bagaikan guru kelass dua di
sekolah. Sehingga kondisi bekerja dari rumah adalah saat yang tepat untuk
meningkatkan kemampuan diri dengan menambah belajar memperbanyak media
pembelajaran berbasis teknologi. Beberapa pekan yang lalu, saya mendapat
beasiswa pelatihan “Bantu Guru Belajar Lagi” selama tiga pertemuan melalui
daring. Kegiatan ini mempertemukan beberapa guru bahasa yang mempunyai banyak
kelebihan dan kekurangan selama pembelajaran. Dengan ini mampu membuka mata
saya selama ini, bahwa kelas bagaikan kebun binatang yang didalamnya banyak
berbagai macam potensi makhluknya. Ini adalah masalah yang harus dipecahkan
jika pembelajaran sudah dimulai di kelas seperti sedia kala. Kelima, belajar
berbagai hal lewat daring. Masa pandemi seperti ini banyak sekali tawaran
diskusi gratis melalui Whatapps, Instagram, Youtube, Hangouts, Googlemeet dan
lain sebagainya. Masa pandemi ini juga melalui hari-hari penting bersejarah di
Indonesia sehingga banyak sekali tema-tema menarik hati para manusia yang haus
akan ilmu. Beberapa kelas diskusi yang mulai saya ikuti adalah kelas menulis,
diskusi Refleksi Hari Kartini untuk perempuan-perempuan Indonesia, seni
mengelola kebosanan diri, motivasi-motivasi diri, dan lain-lain. Keenam,
belajar menjaga kebersihan diri. Saya yakin sejak adanya apndemi ini, banyak
yang mulai menyadari akan menjaga kebersihan. Dari mandi dua atau tiga kali
sehari, mencuci tangan setiap saat, tidak memegang panca indra yang rawan
sebelum mencuci tangan, ganti baju jika sehabis keluar rumah, mengelap peralatan
rumah yang sering dijangkau orang. Pelajaran “kebersihan adalah sebagian dari
Iman” ini sudah saya terima lama, tapi saya baru mulai mengaplikasikan dalam
diri saya dengan istikamah sejak adanya pandemi ini.
Pandemi
Covid mampu memberikan hikmah yang luar biasa bagi saya. Saya bisa merenung,
berssyukur dan belajar banyak hal. Saya yakin ada banyak kejutan setelah
pandemi Covid-19 ini berakhir dengan lahirlah manusia-manusia baru dari rumah
dengan segala cara berfikir dan berperilaku yang lebih bijaksana karena Tuhan
tidak akan menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia.
Selamat menemukan dirimu yang baru mulai saat ini!
Posting Komentar untuk "PELAJARAN KEHIDUPAN TAHUN 2020"