GURUKU. ADALAH IBU KEDUAKU
Semua siswa di Indonesia akan mengenang tanggal 25 November sebagai hari untuk mengucapkan kata “Terima Kasih” untuk guru-guru mereka, sebagai tanda rasa syukur atas kehadiran mereka dalam hidup. Guru adalah manusia luar biasa yang ditakdirkan oleh Tuhan sebagai tangan panjangnya untuk merubah manusia-manusia biasa menjadi manusia serba bisa, dengan sentuhannya ada yang bisa menjadi Dokter, Tentara, Polisi, Pengacara, dan lain-lain.
Pada hari sabtu, 24 November 2018 aku duduk dengan teman sebangkuku di SMA Negeri
13 Surabaya untuk menunggu guru Muatan lokal menjahit.
“kamu mau kasih hadiah ke siapa di hari guru nanti?”,tanya Ratna kepadaku.
“aku mau kasih hadiah ke Bu Ajeng, Na.”, jawabku.
“kenapa kamu mau kasih ke Bu Ajeng? Bu Ajeng Cuma ngajari kamu menjahit,
padahal kamu sering dapat nilai Matematika, Kimia dan Fisika selalu sempurna
dengan begitu kamu bisa menjuarai segala macam lomba tingkat Kota atau
Provinsi, itu tandanya guru-guru itu sangat berjasa loh.”, Tanya Ratna kedua
kalinya.
“hehehehe, ya nggak masalah, Na. Semua guru yang ada disini akan aku kasih
ucapan terima kasih atas segala dedikasinya, jadi tenang sajalah.”, Jawabku.
“Okelah, Da. Terserah kamu.”, sahut ratna sedikit kesal.
Sepuluh menit kemudian, Bu
Ajeng datang dan memberikan salam dan senyum khasnya yang menyejukkan
“Assalamu’alaikum Wr Wb, Selamat Pagi anak-anak! Semoga hari ini
sehat semua dan bisa mengikuti pelajaran saya dengan baik”. Salam dan
sapa Bu Ajeng dengan semangat.
“wa’alaikumussalam Wr Wb, Pagi Bu, Kita baik hari ini.”, jawab
Siswa-siswi.
Bu ajeng meminta siswa untuk melanjutkan membuat pola long dress
yang lagi digemari oleh Ibu-ibu muda. Setelah membuat pola anak-anak diberikan
kesempatan untuk mencari kain yang sesuai dengan keinginan mereka dari kain
yang sudah disediakan oleh Bu Ajeng sejak awal pembelajaran menjahit. Siswa
siswi sangat senang karena mereka bisa membuat baju dengan tangan sendiri.
Menjelang akhir pertemuan, setiap siswa disuruh untuk memperlihatkan
ketercapaian di setiap pertemuan sebagai motivasi untuk teman-teman yang lain.
Bu ajeng adalah pemeluk agama Islam yang taat, disetiap akhir
pembelajarannya selalu mengajak siswa-siswinya untuk merenungi setiap apa yang
sudah didapatkan hari ini, karena ilmu yang bertambaha adalah sebuah nikmat
yang tak terhingga.
“oke anak-anak, kita akan melanjutkan pembelajaran kita di pekan depan dan
jangan lupa doakan orang tua kalian hari ini, karena mereka kalian bisa duduk
di tempat ini, sekolah kita tercinta, Terima Kasih Wassalamu’alaikum Wr Wb.”,
pesan dan salam Bu jeng di akhir pembelajaran.
Aku dan Ratna jalan didepan kelas menuju kanten, dengan masih penasarannya
dia masih menanyakan kenapa aku memilih Bu Ajeng sebagai guru yang akan aku
kasih hadiah. Aku tersenyum dan menahan penasarannya biar tidak semakin
menjadi, aku memintanya untuk sabar sebentar sambil menungguku datang dari
kamar mandi. Ratna duduk di kanten dengan sabar menungguku datang.
“kamu sudah pesan apa, Na?”, tanyakku pada Ratna dengan sedikit
senyum-senyum.
“kok malah tanyak pesan apa sih, Da. Kamu kan jani mau cerita alasanmu
memilih Bu Ajeng.”, Respon Ratna dengan sedikit gusar.
“okelah, Na. Jadi begini. Aku kan baru SMA ini di Surabaya. Aku dulu
tinggal di Malang dengan Ibuku. Ayahku sudah meninggal sejak aku SD, nah pas
aku SMP ibuku meninggal karena sakit, aku tidak punya siapa-siapa disana karena
ayah dan ibuku pendatang di Malang.” Cerita singkatku yang tiba-tiba dipotong
oleh Ratna.
“Daaaa, terus hubungannya apa sama Bu Ajeng?”, tanyak Ratna dengan memotong
ceritaku. “dengarkan ceritaku dululah Ratna, kan belum habis.”, perintahku
dengan sedikit nada keras.
“hehehhehehehe, okelah, Da. Maafin aku ya.”, sahut Ratna.
“nah ketika itulah aku diajak pindah sama Bu Ajeng ke Surabaya.”, lanjut
ceritaku yang tiba-tiba diputus Ratna kembali. “luuuh, kok bisa sih? Bu Ajeng
itu siapamu, Da?” tanya Ratna dipertengahan ceritaku.
“Bu Ajeng itu kakak dari Ibuku, Na. Beliau yang sudah membiayai segala
keperluanku sejak ibu sudah tidak ada, sampai masalah pendidikan juga ditanggung
sama Bu Ajeng selama ini. Ya memang nggak kelihatan kalau ternyata aku ada
hubungan keluarga sama beliau, karena kami sudah sepakat kalau di Sekolah
hubungan kami adalah guru dan siswa bukan anaknya. Anak-anak kandung Bu Ajeng
sudah besar dan tinggal dengan keluarga kecilnya di Yogyakarta dan Bali, hampir
setiap libur sekolah kita berlibur ke Yogyakarta dan Bali.”, ceritaku dengan
semangat.
“eeeeem, aku juga sih ya yang nggak pernah tanyak ayah ibumu, hehehehe”
sahut Ratna dengan sedikit malu-malu. Aku berteman dengan Ratna baru hitungan
bulan jadi kami belum kenal satu sama lain. Dia mengira kalau aku tinggal
dengan Ayah dan Ibuku kandung. Jadi Bu Ajenglah guru menjahitku yang dengan
sabar mengajariku di Sekolah dan di rumah, beliau tidak pernah lupa mengajariku
mengaji, mensyukuri dan rendah diri dalam menghadapi kehidupan ini, karena
beliaulah juga, saya bisa sekolah samapai di jenjang Sekolah Menengah Atas.
BIODATA DIRI
Nama :
Silvia Virda Susanti
Alamat : Jl Gogor IV/5 Jajar Tunggal Wiyung
Surabaya (SMP Muhammadiyah 17 Surabaya)
Email :
silviavirda1@gmail.com
No Hp :
082140747104
Posting Komentar untuk "GURUKU. ADALAH IBU KEDUAKU"