FILOSOFI PENDIDIKAN ATHIYAH AL-ABRASY
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam era perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi sekarang ini, pendidikan agama semakin dibutuhkan oleh manusia,
terutama pendidikan agama yang di harapkan makin memperkuat landasan spiritual,
moral, etik dalam perkembangan zaman yang semakin modern, yang ditandai dengan
kemajuan IPTEK dan informasi seperti zaman sekarang.
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam rangka membangun masa depan. Karena itu, pendidikan berperan
mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik. Salah satunya adalah Pendidikan agama, tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan tentang agama,
tetapi yang lebih penting adalah menanamkan rasa cinta terhadap agama agar
mereka mempunyai pola pikir yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama
pendidikan agama, sehingga mereka mendapatkan keyakinan benar dalam agama serta
mereka mampu untuk mengubah nilai dan sikap yang tidak sesuai dengan ajaran
agama.
Pendidikan Agama merupakan mata pelajaran yang paling
mendasar bagi setiap manusia dan dengan di masukkanya pelajaran Pendidikan
Agama ini di dalam kurikulum di sekolah-sekolah dari SD sampai dengan
Universitas, konsep pendidikan islam,sebagai mana dalam Undang-Undang System Pendidikan Nasional No.20
Tahun 2003 yang berbunyi “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya poteni
peserta didik agar menjadi manusiayang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia; sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan
kehidupan banga”.
Athiyah Al-Abrasyi menjelaskan bahwa pendidikan agama
islam adalah menanamkan akhlaq yang mulia, membiasakan mereka berpegang pada
moral yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela, berfikir secara
rohaniyah dan insaniyah, serta menggunakan waktu buat belajar
ilmu duniawi dan agama. Pendidikan
Agama Islam pada jenjang Sekolah menengah Pertama (SMP) bertujuan untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik
tentang ajaran-ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman
dan bertakwakepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
masyarakat berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian apabila siswa sudah
mendapat pelajaran pendidikan agama islam, maka setidaknya sudah menjadi
benteng bagi kehidupannya, akan tetapi pendidikan agama islam itu tidak hanya
sekedar pemberian materi tapi diimbangi dengan pendampingan dalam pelaksanaan
aplikasinya.
B.
TUJUAN
PEMBUATAN MAKALAH
Makalah ini dibuat bertujuan untuk:
a.
Biografi Muhammad Athiyah
Al-Abrasy.
b.
Konsep Pendidikan Muhammad Athiyah
Al-Abrasy.
c.
Kelebihan dan kekurangan konsep
pendidikan Muhammad Athiyah Al-Abrasy.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Muhammad Athiyah Al-Abrasy.
Muhammad
Athiyah al-Abrasyi adalah seorang tokoh pendidikan yang hidup pada masa
pemerintahan Abdul Nasser yang memerintah Mesir pada tahun 1954-1970. Beliau
adalah satu dari sederetan nama yang tidak boleh dilupakan oleh para
cendekiawan Arab dan muslimin. Beliau adalah penulis tentang pendidikan
keislaman dan pemikiran, umurnya yang mendekati 85 tahun akan selalu terasa
pengaruhnya bagi generasi sesudahnya. Beliau dilahirkan pada awal April tahun
1897 dan wafat pada tanggal 17 Juli 1981.
Beliau
memperoleh gelar diploma dari Universitas Darul Ulum tahun 1921, dan tahun 1924
beliau terbang ke Inggris, disana beliau mempelajari ilmu pendidikan, psikologi,
sejarah pendidikan, kesehatan jiwa, bahasa Inggris berikut sastranya. Pada
tahun 1927 beliau memperoleh gelar sarjana pendidikan dan psikologi dari
universitas Ekstar, dan pada tahun 1930 beliau berhasil menggondol dua gelar
sarjana bahasa, masing-masing adalah bahasa Suryani dari universitas kerajaan
di London, dan bahasa Ibrani dari lembaga bahasa timur di London. Beliau sudah
lama berkecimpung di dunia pendidikan di Mesir dan terakhir menjadi guru besar
fakultas Darul Ulum kairo Mesir.
Universitas
Darul Ulum merekrut banyak mahasiswa dari Mesir maupun Eropa yang tinggal
disana. Universitas tersebut mengajarkan Al-Qur’an, Hukum Islam, Satra Arab,
Botani, Fisika, Astronomi, Mekanik, Arsitek, dan Kontruksi Rel.
Muhammad ‘Athiyah
Al-Abrasy hidup pada masa pemerintahan jamal Abdul Al-Nasr, sebagaimana hal itu
dapat diketahui dari pernyataannya sendiri dalam kata pengantar bukunya: Al-Tarbiyah
Al-Islamiyah (h.xiv). Jamal Abdul Nasr memerintah sejak 1954 hingga
kematiannya pada tahun 1970 yang kemudian digantikan oleh presiden anwar sadat,
jadi Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasy termasuk pakar pendidikan Islam modern.[1]
B.
Konsep
Pendidikan Muhammad Athiyah Al-Abrasy.
Muhammad
Athiyah Al-Abrasy adalah seorang sarjana yang sudah lama berkecimpung di dunia
pendidikan, sehingga dari perjalanannya zaman ke zaman beliau mendefinisikan
bahwa pendidikan adalah media untuk mempersiapkan individu atau pribadi agar
dalam kehidupannya bisa tertata, dihadapi dengan sempurna, bahagia, cinta tanah
air, kuat jasmani, sempurna akhlaknya, teratur dalam berfikir, mempunyai
perasaan yang lembut, kompeten dalam bidang ilmu, berjiwa kekeluargaan,
memperindah ungkapan pena dan lisannya dan memperanggun perilakunya.
Landasan
pendidikan yang di percaya Al-Abrasyi adalah landasan iman. Iman adalah
perasaan psikologis manusia terhadap sang penciptanya dan yang menciptakan
islam.[2]
Adapun beberapa hal yang dibawa oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasy dalam dunia
pendidikan adalah:
1.
Prinsip pendidikan
Prinsip pendidikan menurut
Al-Abrasy adalah sebagai berikut:[3]
a.
Kebebasan dan demokrasi dalam
pendidikan.
Setiap manusia berhak mendapatkan
pendidikan, anak kaya atau miskin semua berhak mendapatkan pendidikan di suatu
lembaga. Metode pendidikan dan pengajaran dalam rangka pendidikan Islam sangat
banyak terpengaruh oleh prinsip kebebasan dan demokrasi. Islam telah menyerukan
adanya prinsip persamaan dan kesempatan yang sama dalam belajar, sehingga
terbukalah jalan yang mudah untuk belajar bagi semua orang. Pintu masjid dan
institut terbuka bagi anak didik yang ada dalam masyarakat tanpa adanya
perbedaan antara yang kaya dan yang miskin serta tinggi rendahnya kedudukan
sosial anak didik dalam masyarakat. Oleh karena itu, didalam Islam tidak ada
kelebihan antara orang Arab dengan yang bukan Arab, kecuali ketakwaannya.
Sebagaimana firman allah SWT. yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ
إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ
لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ
خَبِيرٞ ١٣
Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.[4]
b.
Pembicaraan sesuai dengan tingkat
intelektual.
Seorang
pendidik harus menyajikan suatu pelajaran yang sesuai dengan peserta didiknya,
agar mereka mampu memaksimalkan akal sesuai dengan kemapuannya.
c.
Pengaruh pembawaan dan insthink
terhadap pilihan.
Islam sangat
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual antara anak-anak yaitu perbedaan
yang timbul akibat perbedaan keturunan, pembawaan dan bakat dari si kecil. Hal
ini terbukti dalam penyelidikan-penyelidikan ilmu jiwa, bahwa pengekangan
terhadap kemarahan, penindasan atas hawa nafsu, ataupun penggecetan atas
instink seorang anak, akan membahayakan terhadap dirinya. Cara terbaik agar
kemarahan dan hawa nafsu terhadap anak dapat dijinakkan adalah dengan
nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk yang baik.
d.
Kecintaan terhadap pengetahuan.
Setiap siswa yang cinta ilmu akan
senang sekali belajar dan menggunakan seluruh waktunya untuk melakukan
penelitian, mencernakan ilmu, bersemangat dalam menggali ilmu pengetahuan dan
masalah-masalah ilmiah dan mempersiapkan pelajaran mereka buat keesokan
harinya. Mereka menyerahkan seluruh kekuatan masa muda dan hidupnya untuk
menuntut ilmu pengetahuan.
Referensi
lainna menyebutkan terkait prinsip pendidikan Al-Abrasy adalah :
a. Pendidikan itu
merupakan upaya untuk sampai pada kesempurnaan, atau mendekatinya.
b. Pendidikan
hendaknya bisa memanfaatkan karunia fitrah manusiayang dibawanya sejak bayi,
lantas mengarahkannya dengan baik. Meremehkan hal ini termasuk meremehkan
fitrahnya dan meremehkan daya atau potensi manusia.
c. Mengutamakan
pendidikan watak/tabiat dengan cara mendorongnya ke arah yang baik dan mendidik
apa yang perlu dididik.
d. Mengutamakan
perhatian pada panca indra, jasmani, akal, perasaan, kesadaran, kehendak,
aspek-aspek nilai.
e. Mendayagunakan
aktivitas yang ada pada anak sehingga karunia Allah yang diberikan kepadanya
bisa bermanfaat seperti halnya pembawaan baik yang ada padanya mampu membawa
manfaat.
f. Memberikan
kesempatan pada anak untuk berlatih, sehingga ia dapat memperoleh kebiasaan dan
akhlak yang paling baik.[5]
Pada dasarnya cara untuk sampai
pada pendidikan yang sejati adalah memanfaatkan pembawaan anak dengan
memperhatikan pendidikan jasmani, akal, akhlak sosial, kesadaran, sikap, dan
kebiasaan yang baik.
2.
Tujuan pendidikan
Tujuan
pendidikan menurut Al-Abrasy adalah:[6]
a.
Jiwa pendidikan islam adalah budi
pekerti.
b.
Memperhatikan agama dan dunia
sekaligus.
c.
Memperhatikan segi-segi manfaat.
d.
Mempelajari ilmu semata-mata untuk
ilmu itu saja.
e.
Pendidikan kejuruan, pertukangan,
untuk mencari rizki.
Tujuan
pendidikan islam adalah pembentukan moral yang tinggi. Mencapai akhlak yang
sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan dan dapat disimpulakan
bahwasanya tujuan pokok pendidikan adalah keutamaan.
3.
Kurikulum pendidikan Islam
Kurikulum merupakan perangkat yang
disediakan untuk menyelenggarakan pendidikan di suatu lembaga agar proses dan
output itu terarah sesuai dengan tujuan. Dalam pembuatan kurikulum, Muhammad
Athiyah Al-Abrasy mempertimbangkan banyak hal, diantaranya adalah:
a.
Harus ada mata pelajaran yang ditujukan mendidik rohani atau hati. Ini
berarti perlu diberikan mata pelajaran ketuhanan (aqidah). Maka dari itu,
peserta didik diberikan pelajaran-pelajaran keagamaan dan ke-Tuhanan karena
ilmu termulia ialah mengenai Tuhan serta sifat-sifat yang pantas pada Tuhan.
b.
Mata pelajaran harus ada yang berisi petunjuk dan tuntunan untuk menjalani
cara hidup yang mulia, sempurna, seperti ilmu akhlak, hadits, fiqih, dan lain
sebagainya.
c.
Mata pelajaran yang dipelajari oleh orang-orang Islam karena mata pelajaran
tersebut mengandung kelezatan ilmiah dan kelezatan ideologi, yaitu apa oleh
ahli-ahli pendidikan utama dewasa ini dinamakan menuntut ilmu karena ilmu itu
sendiri. Ilmu dipelajari untuk memenuhi rasa ingin tahu yang ada pada setiap
manusia.
d.
Mata pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara praktis bagi
kehidupan. Dengan kata lain, ilmu itu harus terpakai.
e.
Pendidikan kejuruan, tekhnik dan industrialisasi untuk mencari penghidupan.
Selain mengutamakan segi-segi kerohanian, keagamaan dan moral, pendidikan Islam
tidak mengesampingkan pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk mempelajari
subyek atau latihan-latihan kejuruan mengenai beberapa bidang pekerjaan,
teknik, dan perindustrian setelah peserta didik selesai menghafal al-Qur’an dan
pelajaran-pelajaran agama dengan maksud mempersiapkan peserta didik untuk
mencari kebutuhan hidup.
f.
Mata pelajaran yang diberikan berguna dalam mempelajari ilmu lain, yang
dimaksud adalah ilmu alat seperti bahasa dan semua cabangnya.[7]
Kurikulum
adalah alat untuk mencapai tujuan, adapaun 6 pertimbangan Al-Abrasy ini adalah
agar pendidikan Islam bisa terealisasi adalah selain tiga aspek agama, akhlak
dan ruhani adalah keterampilan lain yang mampu anak kembangkan sesuai dengan
kemampuan akal, fikiran dan fisiknya.
Adapun
orientasi pendidikan yang digagas oleh Al-Abrasyi mencakup tiga hal,
diantaranya adalah:
a.
Child centered oriented
Siswa diberi kebebasan untuk
mencari ilmu yang dia suka sampai puas, bergantung pula pada dirinya sendiri dalam
mencari agar mereka mampu mendapat kebenaran yang mereka cari. Adapun tugas
dari guru adalah menuntun mereka ketika mereka membutuhkan agar mereka
merasakan senangnya belajar.
b.
Book centered oriented
pada orientasi ini, siswa sebelum
belajar diharuskan membaca beberapa surat dalam Al-Quran meskipun mereka belum
tahu makna dari apa yang telah dibaca tapi Al-Abrasyi beranggapan bahwasanya
dengan membaca beberapa surat, mereka akan mendapatkan berkah, jiwa keagamaan
dan jiwa yang saleh di dalam diri anak-anak yang mudah itu.
c.
Social demand
Orientasi ini memperhatikan
tuntunan masyarakat yang tidak mengabaikan untuk mencari penghidupan dengan
mempelajari berbagai bidang pekerjaan.
4.
Guru dan murid
Dalam
pembelajaran guru dan murid adalah dua subjek yang mempunyai satu kesatuan yang
mampu menjalankan sebuah proses pembelajaran. Adapun sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh seorang guru adalah:[8]
a.
Zuhud tidak mengutamakan materi dan
mengajar karena mencari keridhaan Allah semata.
b.
Kebersihan guru.
c.
Ikhlas dalam pekerjaan.
d.
Suka pemaaf.
e.
Seorang guru adalah seorang bapak
sebelum ia seorang guru.
f.
Harus mengetahui tabiat murid.
g.
Harus mengusai mata pelajaran.
Muhammad
Athiyah Al-Abrasy mengemukakan 6 sifat tersebutlah yang mampu menjadikan guru
bisa sebagai contoh yang baik, guru tidak hanya menguasai dan menstransfer ilmu
saja tapi ada pada dirinya akhlak dan akidah yang baik. Dalam pembelajaran
murid juga mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh guru dan
murid, menurut M. Athiyah Al-Abrasy adalah sebagai berikut:
a.
Sebelum mulai belajar, siswa
ituharus terlebih dahulu membersihkan hatinya dari segala sifat yang buruk,
karena belajar dan mengajar itu dianggap sebagai ibadat. Ibadat tidak sah
kecuali dengan hati yang suci, berhias dengan moral yang baik seperti berkata
benar, ikhlas, taqwa, rendah hati, zuhud, menerima apa yang ditentukan Tuhan
serta menjauhi sifat-sifat yang buruk seperti dengki, iri, benci, sombong,
menipu, tinggi hati dan angkuh.
b.
Dengan belajar itu ia bermaksud
hendak mengisi jiwanya dengan fadhilah, mendekatkan diri kepada Allah bukanlah
dengan maksud menonjolkan diri berbangga dan gagah-gagahan.
c.
Bersedia mencari ilmu, termasuk
meninggalkan keluarga dan tanah air, dengan tidak ragu-ragu bepergian
ketempat-tempat yang paling jauh sekalipun bila dikehendaki demi untuk
mendatangi guru.
d.
Jangan terlalu sering menukar guru,
tetapi haruslah ia berfikir panjang dulu sebelum bertindak hendak mengganti
guru.
e.
Hendaklah ia menghormati guru dan
memuliakannya serta mengagungkannya karena Allah, dan berdaya upaya pula
menyenangkan hati guru dengan cara yang baik.
f.
Jangan merepotkan guru dengan
banyak pertanyaan, janganlah meletihkan dia untuk menjawab, jangan berjalan
dihadapannya, jangan duduk di tempat duduknya, dan jangan mulai bicara kecuali
setelah mendapat izin dari guru.
g.
Jangan membukakan rahasia kepada
guru, jangan pula seorang penipu guru, jangan pula minta pada guru membukakan
rahasia, diterima pernyataan maaf dari guru bila selip ldahnya.
h.
Bersungguh-sungguh dan tekun
belajar, bertanggang siang malam untuk memperoleh pengetahuan, dengan terlebih
dahulu mencari ilmu yang lebih penting.
i.
Jiwa saling mencintai dan
persaudaraan haruslah menyinari pergaulan antara siswa sehingga merupakan
anak-anak yang sebapak.
j.
Siswa haruslah terlebih dahulu
memberi salam kepada gurunya, mengurangi percakapan di hadapan guru, jangan
mengatakan kepada guru “ si anu bilang begini lain dari yang bapak katakan” dan
jangan pula ditanya kepada guru siapa teman duduknya.
k.
Hendaklah siswa itu tekun belajar,
mengulangi pelajarannya di waktu senja dan menjelang shubuh. Waktu antara isya
dan makan sahur itu adalah waktu yang penuh berkat.
l.
Bertekad untuk belajar sehingga
akhir umur, jangan meremehkan suatu cabang ilmu, tetapi hendaklah menganggapnya
bahwa setiap ilmu ada faedahnya, jangan meniru-niru apa yang didengarnya dari
orang-orang yang terdahulu yang mengkritik dan merendahkan sebagian ilmu
seperti ilmu mantik dan filsafat.
Selain yang
telah disebutkan di atas, menurut Muhammad Athiyah al-Abrasyi masih ada
prinsip-prinsip penting mengenai pendidik dan peserta didik adalah sebagai
berikut:
a.
Akhlak dan moral yang sempurna
lebih berharga dari ilmu
b.
Pengagungan ilmu, ulama’ dan
sarjana
c.
Perhatian yang cukup dalam
mempererat hubungan pribadi.[9]
5.
Metode pendidikan Islam.
Metode pembelajaran yang
dikemukakan oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasy adalah:
a.
Metode Induktif (al-Istiqraiyah
aw Al-Istinbathiyah)
b.
Metode Deduktif (Al-Qiyasiyah)
c.
Metode Periklanan (Al-Ikhbariyah)
dan Metode Pertemuan (Al-Muhadharah)
Adapun metode lain dapat dilakukan
dengan cara memasang iklan, pemberitahuan, pengumuman,brosur-brosur,
berita-berita baik melalui televisi, radio maupun surat kabar, jurnal atau
majalah. Metode ini dapat direalisasikan dengan menggunakan model-model sebagai
berikut:
a.
Ceramah (Lecturing/al-mawidhah)
b.
Tulisan (Al-Kitabah)
c.
Metode Dialog
(Hiwar)
Untuk merealisasikan metode dialog
dapat digunakan model-model sebagai berikut:
a.
Tanya jawab (Al-As’ilah
wa Ajwibah)
b.
Diskusi (Al-Niqasy)
c.
Bantah-bantahan (Al-Mujadalah)
d.
Brainstorming (Sumbang
saran)
e.
Metode Koreksi dan Kritik (Al-Tanqibiyah)
f.
Metode Metafora (Al-Amtsal)
g.
Metode Permainan (Al-La’bu
/ Game)
h.
Metode Drill (Al-Tadrib
wa Al-Muronah)
i.
Metode Kuliah (Muhadharah)[10]
C.
Kelebihan dan
kekurangan konsep pendidikan Muhammad Athiyah Al-Abrasy.
1.
Kelebihan
a.
Pemikran pendidikan Muhammad
Athiyah Al-Abrasyi tentang pendidikan didasarkan kepada Nabi Muhammad Saw,
karena beliau adalah tauladan bagi seluruh umat manusia.
b.
Iman sebagai landasan utama dalam
menjalankan pendidikan Islam.
c.
Pemebekalan ilmu agama, akhlak dan
ruhani sebelum mempelajari ilmu praktis yang dapat mempersiapkan seseorang
untuk mencari penghidupanna dengan mempelajari beberapa bidang pekerjaan, dan
industri.
d.
Berpikir bebas dan mandiri dalam
belajar (Demokrasi).
e.
Sistem belajar individual.
f.
Memperhatikan perbedaan bakat dankemampuan anak didik dalam proses
belajar mengajar.
g. Berbicara (menyampaikan dan menjelaskan pelajaran)
sesuai dengan kadar
h. kemampuan daya tangkap akal pikiran anak didik yaitu
akal seseorang itusama akan tetapi kemampuan seseorang berbeda sesuai dengan
kemauanuntuk menjunjung tinggi martabat peserta didik tersebut.
i.
Kurikulum pendidikan meliputi
kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrawi.
j.
Tujuh sifat yang harus dimiliki
oleh seorang pendidik agar mampu menghidangkan santapan jiwa dengan ilmu,
pendidikan akhlak dan pembenarannya.
k.
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi
berotrientasi pada book centered oriented, child centered oriented dan social
demand tetap konsisten dengan nuansa etis dan agamis.
l.
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi
menghendaki wawasan pendidikan berpusat pada anak didik dengan memperhatikan
nilai-nilai, etika, moral dan norma yang harus dimiliki oleh peserta didik.
m.
Tidak membedakan gender dalam untuk
mendapatkan hak belajar, karena belajar adalah suatu kewajiban agama yang
diwajibkan oleh islam atas setiap muslim.
2.
Kekurangan
a.
Penjelasan arti dari surat-surat
yang dibaca oleh siswa tidak menjadi penting. Disini sebaiknya tugas guru untuk
tetap menjelaskan makna singkat atau umu dari surat yang dibaca agar mereka
tahu.
b.
Kewajiban bagi anak untuk
mempelajari Al-Quran, pokok bahasan dan setelah itu baru mempelajari ilmu umum
atau raktis adalah sebuah kesenjangan. Pengenalan ilmu umum selain agama pada
anak juga baik sejak dini yang bersangkutan dengan lingkungan anak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konsep Pendidikan Muhammad Athiyah Al-Abrasy masih relevan dengan tujuan
pendidikan masa sekarang, karena tujuan yang dijunjung oleh Athiyah itu sesuai
dan masih dipakai oleh masyarakat umum pada masa ini. Seperti, penanaman akhlak
terhadap peserta didik, agar peserta didik tersebut mempunyai sikap yang sesuai
dengan yang diinginkan oleh orang yang mendidiknya. Kehidupan dunia dan akhirat
yang mana manusia sekarang sedang menghadapi kehidupan di dunia dan akan
menjalani kehidupan di akhirat yaitu kehidupan dia akhirat merupakan hasil dari
pekerjaan atau kelakuan di dunia, selain itu segi- segi mamfaat juga yang
diperhatikan karena setiap sesuatu pasti ada mamfaatnya, ilmu beserta dzatnya,
yangnmana ilmu ilmu itu banyak memberi mamfaat bagi kehidupan manusia dan itu
tidak boleh diabaikan. Bekerja sesuai dengan bidangnya, agar orang tersebut
dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diinginkannya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran: Al-Hujurat ayat 13
Al-Abrasy , M. Athiyah. 1970. Dasar-Dasar
Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bontang.
Assegaf , Abdur
Rachman, Prof. Dr. 2013. Aliran Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada.
Ihwanul
Muttaqin, Pemikiran Pendidikan Muhammad Athiyah Al-Abrasy, https://ihwan87.wordpress.com/2012/03/30/pemikiran-pendidikan-prof-dr-m-athiyah-al-abrasyi/
diakses pada tanggal 27 Oktober 2016.
[1] Prof. Dr. Abdur Rachman Assegaf, Aliran
Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2013), 192)
[2]
Prof. Dr. Abdur Rachman Assegaf, Aliran
Pemikiran Pendidikan Islam ......., 199)
[3]
Ihwanul Muttaqin, Pemikiran Pendidikan
Muhammad Athiyah Al-Abrasy, https://ihwan87.wordpress.com/2012/03/30/pemikiran-pendidikan-prof-dr-m-athiyah-al-abrasyi/
diakses pada tanggal 27 Oktober 2016.
[4] Al-Hujurat ayat 13
[5] Prof. Dr. Abdur Rachman Assegaf, Aliran
Pemikiran Pendidikan Islam ......., 199
[6] M. Athiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok
Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bontang, 1970), 1
[7]
Prof. Dr. Abdur Rachman Assegaf, Aliran
Pemikiran Pendidikan Islam ......., 199
[8]
M. Athiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok
Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bontang, 1970),137
[9]
Ihwanul Muttaqin, Pemikiran Pendidikan
Muhammad Athiyah Al-Abrasy, https://ihwan87.wordpress.com/2012/03/30/pemikiran-pendidikan-prof-dr-m-athiyah-al-abrasyi/
diakses pada tanggal 27 Oktober 2016.
[10]
Ihwanul Muttaqin, Pemikiran Pendidikan
Muhammad Athiyah Al-Abrasy, https://ihwan87.wordpress.com/2012/03/30/pemikiran-pendidikan-prof-dr-m-athiyah-al-abrasyi/
diakses pada tanggal 27 Oktober 2016.
Posting Komentar untuk "FILOSOFI PENDIDIKAN ATHIYAH AL-ABRASY"