Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masihkah Seperti ini?

ketika tiba bulan juli atau agustus adalah bulan untuk memulai tahun ajaran baru di Indonesia. begitu juga yang saya rasakan beberapa tahun lalu di tempat belajar saya. ketika tahun ajaran baru tiba, banyak calon siswa atau siswi yang berbondong-bondong untuk bisa merasakan belajar di tempat dimana saya belajar. untuk bisa belajar di tempat tersebut, memang tidak mudah. untuk bisa menjadi siswa atau siswi disana harus memlaui tes masuk dikarenakan tempat yang tidak memadai untuk semua pendaftar. keinginan belajar di tempat ini memang tidak serta merta keinginan calon siswa/i saja, tapi banyak orang tua yang menginginkan anak-anaknya untuk belajar di tempat tersebut, karena mereka sudah percaya bahwa tempat belajar ini bisa mendidik anak-anaknya sesuai apa yang diinginkan oleh mereka selama 24 jam karena sistem pendidikannya adalah Boarding School.

ketika tiba waktu masuk, tempat belajar saya sangat ramai dengan kehadiran wajah-wajah baru yang mempunyai semangat belajar tinggi, dan mulai saat inilah banyak hal yang bisa saya tangkap, ketika saya baru mulai belajar disini hingga purna belajar disana. kondisi disetiap tahunnya sama, apa yang saya rasakan dan lihat sama saja akan tetapi hanya dengan wajah-wajah yang berbeda. keadaan ini sering terjadi karena beberapa faktor tempat belajar saya mashur dengan kedisiplinannya. hanya karena terlambat berangkat ke masjid saja, kayu kecil atau sajadah dibulat-bulatkan bisa melayang menyakiti salah satu anggota tubuh, bisa saja disuruh jalan ambil duduk juga atau sering disebut dengan kodok-kodokan oeh teman-teman saya. kedisiplinan ini tidak hanya berlaku ketika berjamaah saja, tapi ada seluruh kegiatan sehari-hari yang tidak dilaaksanakan on time atau tidak sesuai dengan aturan.oleh karena itu bagi siswa atau siswa yang baru mengetahui dan merasakan kehidupan barunya akan merasakan kejatuhan batu besar yang memberatkan kehidupannya disana. faktor lain karena tidak ada keikhlasan untuk belajar disana, tapi karena paksaan orang tua.
ketika awal saya merasakan kehidupan disana, saya sering menemui teman-teman saya yang menangis ketika dikunjungi. saya bingung apa yang mereka tangiskan dan apabila orang tua mereka mau pulang, mereka melarang orang tuanya pulang atau mereka memaksa untuk ikut pulang saja dan pindah tempat belajar. hal tersebut saya lihat disetiap tahun ajaran baru. pada suatu ketika saya sudah menjadi siswi yang paling tua di tempat tersebut, di tahun ajaran baru seperti ini banyak yang saya alami dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. banyak siswi baru yang menangis ketika dikunjungi orang tuanya, sehabis sholat lima waktu berjamaah di Masjid, banyak yang menyendiri di tempat-tempat yang mereka angap mampu menenangkan fikiran dan hati mereka atau bahkan karena menahan malu ketika mereka menagis di depan teman-temannya. bahkan terkadang ada yang benar-benar minta pulang beberapa hari untuk menenangkan fikiran sampai orang tuanya meminta kepada bidang perizinan Organisasi pelajar di tempat tersebut untuk membawa anaknya pulang beberapa hari saja, atau sebaliknya ada siswi yang meminta pulang akan tetapi orang tuanya hanya meminta tolong pada teman-teman seangkatan saya untuk membantu membujuk agar tidak pulang ke rumah dan akan dikunjungi oleh orang tua mereka sewaktu-waktu yang dia inginkan. ada yang berbeda lagi, saya diamanahi oleh orang tua siswi untuk membawa anaknya ke pengasuh tempat belajar tersebut, entah kenapa dan saya bingung apa yang akan saya omongkan kepada beliau ketika menemuinya. bebeapa menit kemudian, saya baru tersadar bahwa amanah untuk membawa anaknya untuk menemui pengasuh di rumahnya adalah agar sisiwi tersebut dapat nasihat yang dapat menguatkan semangat belajarnya di tempat belajar ini. hal sepeti itu sudah sering dilakukan oleh orang tua lainnya dengan harapan agar anak-anaknya lebih bersemangat lagi untuk belajar dan lebih kenal dengan pengasuhnya, karena pepatah ada yang bilang tak kenal maka tak sayang. masih sama dengan pembahasan sebelumnya, ketika setelah sholat dzuhur berjamaah di masjid saya tidak sadar kalu disekitar saya adalah semuanya siswi baru yang masih bermalas-malasan untuk turun dari masjid lantai dua, pada kesempatan itu saya lontarkan beberapa pertanyaan kepada mereka,
"gimana? sudah nyaman belum tinggal disini?" jawaban mereka pun berbeda-beda, ada yang mengatakan sangat senang disini karena punya banyak teman, ada yang mengatakan belum karena jauh dari orang tua, ada yang mengatakan juga kalau belum karena masih terbebani dengan peraturan-peraturan yang ada. dikala itu saya hanya bisa mengatakan kepada mereka, "kalau pengen nyaman disini cari saja teman sebanyak-banyaknya biar ada keluarga baru disini kalau masalah peraturan ya nggak usah merasa terbebani tapi dijalani saja. anggap eratiran itu adalah kebiasaan yang harus dilakukan di tempat ini insyaALLAH akan tenang hidup disini dan jangan lupa untuk selalu berdoa agar diberi kenyaman untuk tinggal disini itu saja"
hal-hal yang saya sebutkan tadi memang sangat wajar untuk siswa atau siswi yang baru merasakan kehidupan yang berbeda dengan sebelumnya, kehidupan yang jauh dengan orang tua, sanak saudara, hiburan, dan makanan enak.
bagi mereka yang nyaman, maka mereka akan merasa senang dan tidak ada yang membebani dan bagi mereka yang belum merasa nyaman, maka akan merasakan sakit batin yang berkepanjangan, ketika mereka tidak nyaman memang sangat sakit dan tidak semangat untuk melakukan apapun. kenyamanan di tempat belajar adalah salah satu faktor terpenting yang mampu membantu belajar karena lingkungan belajar juga bisa menentukan keberhasilan.
Batal

Posting Komentar untuk "Masihkah Seperti ini?"