Ketika hamil adalah sebuah standar kesempurnaan
![]() |
Sumber Gambar : www.freepik.com |
Hi, kids. Ibu mau cerita ya! Kalau kamu sudah ada dan besar nanti baca di blog ibu ya!
Perjalanan kehidupan yang tidak pernah luput dengan pertanyaan, “kapan?”. Kamu pernah mengalami nggak?
Setiap fase hidup pasti dibumbui dengan pertanyaan, “kapan?” yang kadang biasa-biasa saja didengarkan tapi kadang juga cukup menjengkelkan. Setiap pernikahan yang berjalan satu atau dua bulan pasti akan datang sebuah pertaanyaan, “sudah hamil?, “sudah isi?”. Sebuah pertanyaan singkat yang masih bisa kita jawab, “belum”.
Jika pernikahan sudah berjalan satu tahun atau lebih, pasti aja yang bertanya, “kapan hamil?”. Menohok sekali sepertinya ya, sesuatu yang diri kita sendiri tidak tahu kapan. Pertanyaan seperti itu seakan-akan menanyakan kapan kita mati. Apakah sopan jika kita balik menjadi “kapan kamu mati?”, bisa-bisa kita sudah ditabok atau dilabeli dengan manusia tanpa adab. Bener nggak?
Harapan semua perempuan jika sudah menikah ya hamil, melahirkan dan membesarkan anak. Sama sepertiku, memang aku tergolong menikah di usia 25 plus. Dimana menikah di usia segitu juga banyak desas desus “perawan tua”. Siapa lagi coba yang memasang standar menikah untuk perempuan harus dibawah 25 tahun. Apakah ada aturan di Al-Qur’an atau Hadis jika harus menikah di usia sekian-sekian. Sependek pengetahuanku, tidak ada. Hal ini juga sama rahasia Allah SWT, sama halnya dengan hamil.
Aku menikah di akhir tahun 2021. Jujur saja memang saat itu aku tidak minum susu atau vitamin apapun menjelang menikah sebagai persiapan karena mau menjalaninya sesantai saja dulu. Berhubung aku juga akan berpindah dan meninggalkan semua aktivitasku sebelumnya jadi akan lebih baik jika belajar banyak adaptasi dengan hal-hal baru di lingkungan baru. Jikalau ternyata Allah takdirkan hamil juga tidak mengapa.
Hampir satu tahun berlalu, tespack dua garis merah juga tidak kunjung aku dapatkan. Apakah tidak ada pertanyaan? Ya tentu banyak sekali. Ada saja yang bertanya “sudah hamil belum?” dari yang biasa saja sampai rasanya nyesek sekali. Sampai akhirnya, ada satu siklus menstruasi yang panjang sekali, jadi dari menstruasi ke menstruasi yang bulan setelahnya panjang sekali. Aku dan suami sempat berfikiran, “apakah isi ya”. Tentu ada rasa berharap 60% dan 40% rasa takut jika ternyata tidak dan ada sesuatu hal yang menghambat.
Aku coba test pack berkali-kali, hasilnya satu garis saja. sempat terfikir, apa bisa test packnya salah. Akhirnya kita menentukan ke dokter, dan menjelang ke dokter ternyata menstruasi. Ya sudahlah, belum waktunya.
Sekarang masuk di tahun ketiga pernikahan, yang akhirnya kami harus bolak balik ke dokter untuk sekedar memastikan kesehatan reproduksi. Hari semakin hari memang banyak yang menanyakan, sekedar memperhatikan bentuk tubuh, atau lirikan mata yang menuju bentuk perutku.
Dari secuil hal yang aku alami ini, memang belum seberapa daripada teman-teman perempuan lain yang sudah berjuang lebih. Cuman kadang berfikir, kondisi seperti ini memang tidak dialami semua perempuan. Ada yang diberi kemudahan oleh Allah dengan mudah mendapat anak, tapi banyak juga yang sedang berjuang untuk mendapat anak.
Dari sini yuk kita coba renungi lagi, apakah standar kesempurnaan perempuan adalah hamil dan melahirkan? Hingga sampai-sampai menjadi perhatian sampai setengah ejekan yang sering saya dengar apa yang dialami oleh teman-teman. Jika kita ingat-ingat ada Aisyah istri rasulullah yang tidak memiliki anak? Apakah beliau dikategorikan tidaak sempurna padahal banyak keutamaan yang ada pada beliau. Kemudian Siti sarah yang bisa hamil dalam keadaan yang sudah berumur.
Jika kamu diberi kemudahan, cobalah berfikir sejenak. Kira-kira hamil yang menentukan siapa? Tentu atas seizin Allah SWT. Jadi cobalah untuk berfikir ulang agar tidak sembarangan bertanya terkait dengan siapapun yang belum dikaruniai Allah sebuah kehamilan. Kita tidak tahu seberapa besar usahanya untuk mendapatkan anak.
Jadi mari kita ingat, semua manusia itu sempurna karena Allah yang menciptakan dan menuliskan segala takdir baik dan buruknya, dan sempurna disini tidak selalu sama rata. Sempurna standar manusia itu ukurannya pasti harus sama dengan bagaimana semestinya yang terjadi di lingkungan kita.
Semangat sehat, dan mari saling berdoa untuk segala takdir baik!
Posting Komentar untuk "Ketika hamil adalah sebuah standar kesempurnaan"