Puan Tak Malang (6)
Persiapan Ujian
Akhir Semester
Sore
itu Ana dan Alya bekerjasama membuka informasi terkait dengan Ujian Akhir
Semester (UAS). Ini pengalaman pertama mereka mengikuti ujian di perkuliahan.
Mereka sudah meniapkan baju putih, kerudung hitam, rok hitam dan sepatu putih.
Seluruh keperluan di luar belajar dan jadwal sudah disiapkan sejak 4 hari
sebelum UAS.
Hari
ini adalah H-2 UAS, mereka mencari informasi jadwal di Siakad, dan ternyata
teman-temannya yang sudah membuka dulu sudah membagikan di Whatapps Grub kelas.
Mereka menyiapkan belajar sejak sore itu, menumpuk buku yang akan dibaca dan
mengumpulkan file-file materi penting yang bisa jadi diujikan saat UAS.
Mereka
membuat plan belajar, karena waktu mereka tidak bisa digunakan belajar
seenaknya. Mereka mempunyai tanggung jawab mengajar dan menjalankannya. Mereka
membuat peraturan selama UAS yang berbeda dengan hari kuliah biasanya.
Upaya ini mereka lakukan untuk mendapat IPK yang bagus, sebagai wujud membahagiakan orang tua di rumah, Pak Harun dan Mb Rahmah. Sore itu Ana ingin sekali menelpon Bapak dan Ibunya di rumah, tapi sayang tetangganya yang biasa membantu menghubungkannya sedang tidak ada di rumah.
Orang tuanya tidak memegang telepone Genggam karena rusak dan belumada
rezeki lebih untuk membelinya. Rasanya dia ingin kerja sampingan untuk
membelikan HP baru, uang tabungan untuk HP sudah terkumpul beberapa ratus ribu
rupiah saja. Kalau dibelikan HP bekas rasanya tidak enak, takut rusak lagi.
Tetangganya mengabari kalau akan pulang larut malam, dan disarankan untuk
menghubungi tetangga satunya. Dia masih tidak enak jika merepotkan orang lain.
Beberapa
menit kemudia, ada pesan Whatapps singkat masuk.
Assalamu’alaikum,
Ana. Bagaimana Kabarnya?
Setelah
Ana lihat, pesan itu dari Bu Lisa. Dia sudah lama sekali tidak menghubungi Bu
Lisa karena takut mengganggu kegiatannya.
Pesan itu langsung dia jawab dengan cepat, dia bilang kalau baik-baik
saja dan minta doa kalau akan mengikuti UAS di pekan depan.
Alhamdulillah,
Ibu Juga Baik. Semoga UASnya lancar dan mendapat hasil sesuai dengan yang
diinginkan. Ibu mau mengabari kalau pekan depan di hari jumat, sabtu dan ahad,
Ibu ada pelatihan di Universitas Negeri Malang. Apakah tempat tinggalmu jauh
dari sana?
Balas
Bu Lisa dengan pesan yang tidak pendek, beliau berniat akan menginap di
tempatnya, tapi dia bingung tidak langsung mengizinkan. Dia akan bertanya
kepada Mb Rahmah dan Pak Harun. Bu Lisa sangat faham itu, kalaupun tidak bisa
beliau mau minta tolong carikan alumni yang ada di Universitas Negeri Malang.
_______
Malam
itu Ana mendapat jawaban dari Mb Rahmah, sebenarnya Mb Rahmah sangat bersenang
hati menerima siapapun yang mau menginap di rumahnya tapi ya seadanya. Saat mb
rahmah tahu jika hari dan tanggalnya tidak tepat karena keluarga Pak Harun akan
datang dari Ponorogo. Keluarga Pak Harun akan melamarkan adik beliau yang
ternyata tidak jauh dari tempat tinggal Pak Harun dan Mb Rahmah.
Ana
mengabarkan ke Bu Lisa dan mencoba mencarikan teman yang ada di Universitas
Negeri Malang. Bu Lisa sangat menerima itu dan tidak mempermasalahkan. Ana
hanya menyangupi akan mengunjunginya dengan Arif dan Nanda.
___
Malamnya
mereka berkumpul berempat setelah jamaah Isya, mereka berdiskusi untuk
persiapan Ujian. Arif menawarkan kepada Ana dan Alya untuk belajar bersama di
Musholla dengan beberapa peraturan layaknya di Pesantren. Mereka akan beajar
selama pukul 19.30-21.00 WIB di Musholla karena tidak mungkin jika sampai malam
selain karena udara dingin kota Malang juga tidak etis karena jumlah mereka
empat, dua laki-laki dan dua perempuan.
“wah
keren ya, anak-anak Pak Harun membuat peraturan belajar selama UAS.”, sahut Pak
Harun dari luar Musholla dengan senyum.
“Iya
Pak, doakan kami ya semoga sukses UAS.”, tambah Nanda.
“Aamin,
yang penting banyak-banyak membaca dan menganalisis Kisi-kisi dari dosen.”,
jelas Pak Harun.
“Iya
ya pak, tapi kadang ada saja tugasnya.”, tambah Arif.
“Iya,
karena memang saat ini sudah tidak relevan jika UAS masih bergelut dengan
kertas dan polpen. Sekarang sudah saatnya mengembangkan pemikiran dan wawasan
kalian. Ya jangan heran kalau dosen memberikan tugas yang bermacam-macam.
InsyaAllah bermanfaat untuk hidupmu kelak.”, jelas Pak Harun.
“Aamiin.”,
jawab mereka serentak.
Tidak
lama pembicaraan kami usai, Mb Rahmah keluar rumah dan membawakan mereka teh
hangat, pas enam gelas itu artinya mereka akan menikmati teh hangat
bersama-sama di Mushollah ini.
Keduanya
memang tidak orang biasa, keduanya mempunyai prestasi yang luar biasa di bidang
akademik maupun non akademik. Pak Harun bisa mendapat beasiswa S3 di IIUM
Malaysia. Mb Rahmah sedang menyelesaikan S2 di Universitas Brawijaya jurusan
Menejemen. Prestasi di bidang non akademik juga sangat banyak sekali pastinya
tapi keduanya tetap bersahaja meskipun ujian pertanyaan kapan mempunyai anak
kian datang berkali-kali.
Keduanya
sering bercerita jika banyak anjuran teman-teman untuk kesana kemari, tidak ada
yang diikuti. Keduanya sudah periksa dan memang sehat-sehat saja. Mereka
setelah menikah hanya tinggal beberapa bulan, karena Pak Harun harus memulai S3
di Malaysia jadi waktu bertemu sangatlah sedikit. Tahun ini Pak Harun baru
kembali ke Indonesia karena susah lulus. Mereka berempat hanya bisa mendoakan bait-bait
yang entah diterima apa tidak, tapi mereka selau berusaha mendapat yang
terbaik.
Pukul
21.00WIB mereka memutuskan untuk menyudahi duduk-duduk di Mushollah karena Pak
Harun akan menyelesaikan hasil penelitiannya yang akan diajukan di Jurnal Internasional.
Mereka berempat juga sudah bersepakat untuk melanjutkan belajar di kamar.
Ana
dan sampai di kamar, mereka bersiap untuk tidur dengan tetap membaca buku yang
berkaitan dengan UAS mereka. Telepon Ana berdering, dia sedikit gugup karena
sudah malam. Dia lihat kalau tetangganya yang menelpon.
“Assalamu’alaikum
An.”, sapa tetangganya.
“wa’alaikumussalam
Mb Ain.”, jawab Ana.
“Jadi
ngomong sama Bapk Ibu ta?”, tanya Mb Ain.
“Bapak
Ibu dereng sare Mb?”, tanya Ana balik.
“belum,
ini pada di depan rumah An. Lagi duduk-duduk sama bulek dan Pak Hasan.”, jawab
Mb Ain.
“Oh
Ya mb, boleh.”, sahut Ana.
Ana
mengobrol dengan bapak Ibunya, ana biasa menelpon seminggu sekali sejak HP
orang tuanya rusak karena tidak mungkin setiap hari akan menganggu Mb Ain. Ana
mengabarkan jika besok akan UAS jadi mohon doa kepada orang tuanya.
Selama
ini memang Ana tidak pernahdapat kiriman uang dari orang tuanya, berbeda dengan
Alya, Arif dan Nanda. Ana mendapat uang saku dari donatur yang dicarikan oleh
Pak Harun dan Mb Rahmah. Malam ini bapaknya bilang jika akan mengirim uang
melalui mb Ain, Ana menanyakan uang itu dari mana. Orang tuanya menjelaskan
kalau mereka ada usaha sampingan sekarang, kecil-kecilan di rumah. Ana sejak ke
Malang hampir 5 bulan lalu memang tidak pernah pulang jadi tidak tahu pasti
keadaan di rumah, orang tuanya juga melarangnya untuk pulang agar tidak
menghabiskan uang jajan untuk ongkos. Selain itu takut merepotkan bapak yang
tidak memungkinkan mengantar ke Pertigaan UNISDA.
Malam
itu, bapak bilang jika akan mengirim 150.000 kepada Ana. Bapaknya menyuruh
menganggap hanya sebagai menutupi keperluan UAS yang mungkin perlu fotokopi
atau yang lainnya.
UAS Berakhir
Ujian
Akhir semester (UAS) di semester pertama ini telah berakhir dua hari yang lalu,
Ana dan Alya sudah bersepakat untuk libur ke kampus karena segala kewajiban
tugas telah tertunai dua hari lalu. Mereka fokus untuk membantu Mb Rahmah
memasak, membersihkan rumah dan menyiapkan pelatihan yang akan diadakan
seminggu lagi.
Ana
memberi kabar ke orang tuanya kalau belum bisa pulang pekan depan, dia menjanjikan
akan pulang jika di bulan Januari tapi tidak lama karena dia mempunyai tanggung
jawab mengajar di Asrama. Orang tuanya sangat memahami itu karena ini bagian
dari konsekuensi.
Ana
panjang lebar bercerita dengan HP kesayangannya, di akhir pembicaraan ternyata
bapak dan ibunya bilang kalau mau berkunjung ke Malang. Ana kaget sekali,
bagaimana bisa mereka mau ke Malang. Ini sangat mengagetkan bagi Ana sendiri
karena mereka belum pernah tahu terminal dan lain sebagainya. Ana sendiri belum
pengalaman pulang sendiri ke Lamongan naik Bus antar Kota.
Ibunya
bercerita jika mendapat tawaran dari Mb ‘Ain yang mau mengunjungi saudaranya di
Malang 3 hari lagi, kebetulan Mb Ain hanya bertiga dengan suami dan anaknya. Mb
‘Ain akan mengantar mereka ke Asrama dan menjemputnya kembali saat pulang.
Betapa kaget dan bahagianya Ana.
Kabar
baik itu tiba, Ana hanya bisameneteskan air mata. “kenapa An?.”, tanya Alya.
“aku
bahagia dan beryukur Al. Alhamdulillah aku yang biasa-biasa begini dan tidak
punya apa-apa dikasih nikmat yang banyak oleh Allah. 3 Hari lagi bapak sama Ibu
mau berkunjung ke Asrama diajak mb Ain ke Malang.”, jawab Ana.
“wah
Alhamdulilah kalau gitu An. Aku ikut seneng, nanti bisa ketemu sama bapak
ibumu.”, sahut Alya.
“iya
Al, aku mau mengabari Mb Rahmah dulu ya.”, pamit Ana dengan tetap memakai
mukena shalat Isya.
____
Dia
sangat bahagia membuatnya sangat semangat turun tangga dan mencari Mb Rahmah di
ruang tamu. Dia sampai lupa kalau di ruang tamu masih ada beberapa keluarga Pak
Harun yang masih di sini. Dia sampai malu dan ingin kembali tapi Pak Harun
menghentikan langkahnya, “Ada apa Ana?” Ada yang perlu dibantu?”, tanya Pak
Harun.
“saya
mau bicara sama Mb Rahmah pak, tapi saya lupa kalau masih ada tamu.”, jawab
Ana.
“Mb
Rahmah lagi keluar menemani keponakan-keponakan ke BNS.”, jawab Pak Harun.
“Iya
Pak tidak apa-apa.”, jawab Ana.
“coba
telfon atau WA saja nanti malah lupa mb.”, tambah Pak Harun.
“Mboten
Pak, tidak mengapa nanti saja saya bilangnya.”, jawab Ana
“oh
ya sudah.”, sahut Pak Harun.
“Iya
pak, mohon maaf. Mari semuanya.”, Pamit Ana kepada seluruh keluarga Pak Harun
yang ada di ruang Tamu.
____
Pagi
ini Arif dan Nanda masih ke kampus untuk menyelesaikan UAS sesuai dengan jadwal
beserta tugas-tugasnya. Alya dan Ana membantu membersihakan rumah karena habis
ada tamu dari keluarga Pak Harun.
Pak
Harun sudah berangkat lebih pagi karena ada janji dengan beberapa dosen untuk
berangkat pagi ke Surabaya untuk mengikuti seminar Internasional di Unair. Mb
Rahmah menyiapkan seadanya saja sebagai bekal di jalan.
Ana
dan Alya mencoba duduk-duduk membantu memotong atau membersihkan pohong yang
didapat dari warga. Mb Rahmah hari ini mengambil jatah cuti yang belum pernah
diambil setahun ini, kebetulan agak tidak enak badan. Sedari pagi mual dan
pusing, akan tetapi tetap dipakai aktivitas yang ringan karena ada Ana dan Alya
yang membantu.
Mb Rahmah juga sedikt cerita masalah berumah tangga kepada kami, berumah tangga bukan soal hidup berdua akan tetapi hidup dengan dua keluarga. Apalagi dua keluarga dari daerah yang berbeda. Selama apapun berkeluarga tetapsaja ada rintangannya.
Mb Rahmah juga bercerita tentang belum ada tanda-tanda untuk
mempunyai keturunan. Keluarga Mb Rahmah sudah mengikhlaskan tapi tetap menyuruh
berusaha, sedangkan keluarga Pak Harun berbeda. Sampai hari ini mereka masih
menanyakan kapan dan kapan punya anak. Pak Harun sudah berkali-kali menjelaskan
ke keluarganya untuk bersabar, memang hanya Pak Harun yang belu dikaruniai
seorang anak, semua saudara Pak Harun sudah mempunyai keturunan lebih dari satu
kecuali adiknya yang baru satu.
Ana
prihatin dengan apa yang dirasakan Mb Rahmah, “apa mb Rahmah sakit karena
itu?”, tanya Ana.
“Mb
Rahmah juga tidak tahu An, yang jelas dari sejak bangun pusing dan agak mual.
Mungkin masuk angin gara-gara semalam jalan-jalan.”, jawab Mb Rahmah.
“Iya
mungkin mb.”, jawab Alya.
“Oh
Ya Al, yang Mb Rahmah ceritakan tadi jangan diceritakan ke Ayah dan Ibumu ya!”,
perintah Mb Rahmah yang agak lupa kalau Alya masih keponakan Pak Harun.
“Tenang
saja Mb, InsyaAllah aman. Alya tahu kok kalau Pak de sama Bu de memang sangat
membanggakan Pak Harun, mangkanya pengen punay cucu dari Pak Harun tapi siapa
yang bisa mengatur mb toh sampean sama Pak Harun juga sudah periksa dan
baik-baik saja kan?.”, jawab dan Tanya Alya.
“Iya
sudah semuanya baik Alhamdulillah.”, jawab Mb Rahmah.
Cerita
mereka sudahi dan memasak pohong untuk dinikmati selama di rumah, tidak lama Mb
Rahmah mendapat telpon dari Pak Harun. Beliau mengabarkan jika sudah sampai
Surabaya dan sudah sarapan pagi bersama dngan temaan-teman.
Kunjungan
Orang Tua
Pagi itu Ana membersihkan rumah bersama Alya, membantu Mb Rahmah
menyiapkan makanan untuk tamu, tamunya adalah orang tua Ana.
“Mb, Maaf ya. Jadi merepotkan
harusnya nggak usah repot-repot begini.”, Ana bicara dihadapan Mb Rahmah. Mb
Rahmah menimpali dengan senyum khasnya yang teduh.
“Lah tamu kan raja,
harus disiapkan dengan benar, toh baru 6 bulan ini juga Mb Rahmah kedatangan
orang tuamu, An.”, sahut Mb Rahmah.
“Oh Ya, maaf ya An.
Pak Harun ada janji sama dosen-dosen lainhari ini sejak satu bulan lalu, dan
tidak bisa dibatalkan jadi tidak bisa menjamu. Andaikan bisa menginap kan enak
nanti dilihatkan kampusmu.”, permintaan maaf Mb Rahmah kepada Ana.
“wah, ini semua sudah
sangat cukup. Aku nggak mau merepotkan Mb Rahmah dan Pak Harun. Apalagi Pak
Harun harus mengubah jadwal.”, jawab Ana.
Ana juga meminta maaf kalau nanati orang
tuanya mungkin tidak membawa apa-apa, karena menumpang. Mb ‘Ain sudah meminta
peta dari google map kepada Ana, beliau menyampaikan kaau sudah keluar Tol
Singosari. Tandanya sudah semakin dekat dengan Asrama.
45
menit kemudian, Mb ‘Ain menelpon jika sudah di area Asrama dan meminta Ana
keluar. Ana keluar dan menemukan satu mobil yang tidak dikenal, keluarlah Mb
‘Ain. Betapa kagetnya Ana. Ana menyalami satu persatu dan memeluk orang tuanya.
Ada tangis haru yang tidak dapat dibendung oleh Ana dan Orang tuanya. Bapak dan
Ibunya sudah sangat menyayangi Ana seperti anak sendiri, Ana sendiri tidak
pernah tahu wajah orang tuanya.
Mb
Rahmah keluar dan menyilahkan masuk ke rumah, Mb ‘Ain dan keluarganya ikut
masuk ke rumah. Mereka membawakan beras dan sedikit hasil tanam dari Lamongan.
Mb ‘Ain sudah bilang jika akan ke tujuan utamanya, jadi mau pamit.
Mb
Rahmah bincang-bincang dengan bapak dan Ibu Ana, keduanya mengucapkan
beribu-ribu terima kasih kepada Mb Rahmah dan Pak Harun karena tidak bisa
membalas dengan apa-apa. Orang tua Ana juga baru tahu kalau Mb Rahmah belum
mempunyai keturunan, sehingga Ibu dan Bapak Ana menyanggupi untuk mendoakan
setiapn setelah shalat.
Ana
mengajak bapak dan ibunya keliling rumah Mb Rahmah, dan memperlihatkan kamar
tidurnya, mereka juga bilang kalau ke Malang ini adalah atas inisiatif Mb ‘Ain
yang baru beli Mobil. Sebenarnya Mb ‘Ain tidak ada rencana ke Malang, akan
tetapi salah satu Nadzrnya adalah mengajak kami jalan-jalan akhirnya
mereka membujuk keduanya untuk ke Malang saja. Keduanya tidak enak karena tidak
bisa membayar bensin, tapi Mb ‘Ain mengajak dengan senang hati.
Ana
kaget jika kedatangan mereka adalah jalan dari Mb ‘Ain yang tidak jujur dengan
Ana. Betapa bersyukurnya dia masih dikelilingi saudara sedarah atau tidak
dengannya tapi mau membantunya untuk bisa sampai saat ini. Dengan kabar tu, Ana
langsung mengambil HP dan menelpon Mb ‘Ain. Ana sangat-sangat berterima kasih,
dan meminta Mb ‘Ain sekeluarga balik saja ke asrama tapi mereka sudah memesan
tiket untuk masuk ke Selecta.
Mb
Rahmah menyarankan untuk mengajak mereka jalan-jalan ke tempat terdekat, Mb
Rahmah menawarkan beberapa lembar uang, beliau juga menyuruh untuk mengajak
Alya. Ana menolak uang itu, dia mau menggunkan uang tabungannya saja untuk
mengajak mereka jalan-jalan untuk sekedar tahu kampus tempat dia belajar selama
satu semester ini.
Bersambung...
Posting Komentar untuk "Puan Tak Malang (6)"