Puan Tak Malang (5)
Pilihan
untuk Aktif di Organisasi (2)
Pendaftaran dia lakukan secara online melalui google form yang
disediakan oleh panitia, usai mengisi Ana meihat Kak Gita berjalan mendekat
sepontan membuat Ana memanggilnya.
“kak
Gita!”, panggil Ana yang luamayan keras danbersemangat.
Gita
sepontan kaget dan mencoba menerka suara, saat sadar kalau yang memanggil
adalah Ana, dia langsung menjawab, “Oh Ana, iya an. Ada yang bisa dibantu?.”
“Aku
udah daftar barusan kak.”, jawab Anaa.
“Alhamddulillah,
udah dapat izin dari asrama?” tanya Kak Gita.
“sudah,
yang penting tidak mengganggu waktu mengajar saja kak.”, jawab Ana.
“shiplah,
selamat mengikuti prosesnya ya!”, Gita mencoba menyemangati Ana karena dia
tidak bisa memberikan kepastian apakah Ana layak diterima menjadi anggota HMJ
atau tidak.
Pilihan
untuk ikut organisasi sangatlah banyak di UMM, ekstra maupun intra tapi Ana
mencoba fokus di satu organisasi saja karena melihat dirinya yang terikat
dengan Asrama meskipun Pak Harun dan Mb Rahmah membebaskan asalkan tidak
mengganggu kewajiban di Asrama.
Seleksi Anggota
Himpunan Mahasiswa Jurusan
Sabtu
ini tidak bertepatan dengan kajian wali murid di Asrama, sehingga Ana tidak
perlu izin dan malu untuk tidak mengikuti untuk kedua kalinya. Ana datang ke
kampus naik ojek online untuk mengikuti seleksi anggota Himpunan Mahasiswa
Jurusan PBA UMM.
Ada 25 calon anggota yang mengikuti seleksi
ini, seleksi dimulai dengan Tes tulis, lisan meliputi wawasan kebahasaaraban,
wawancara visi misi dan bakat, dan Tes terakhir adalah Menejemen organisasi dan
Leadership.
Pada saat orientasi
jurusan Ana dan teman-teman sudah mendapat materi tersebut, pemberian materi
itu bertujuan memberikan wawasan kepada mahasiswa secara keseluruhan dan
persiapan seleksi keanggotaan.
Ana berdampingan dengan khaulah, dia tidak
satu kelas dengan Ana.
“assalamu’alaikum,
kak?”, sapa Ana.
“wa’alaikumussalam.”,
jawabnya dengan melempar senyum yang sumringah. Jika dilihat dia juga alumni
santriwati pesantren.
“namanya siapa kak?”,
tanya Ana lagi.
“aku Khaulah, anak
kelas A.” Jawabnya. “kamu kelas B ya?”, tanya Khaulah balik.
“iya benar aku kelas
B kak Khau.”, jawab Ana.
“asli mana nih?”,
tanya Khaulah.
“Aku dari Tenggulun
Solokuro Lamongan Kak Khau.”, jawab Ana.
“Oh Ya, tetangga dong
meskipun agak jauh juga sih.”, jawab Khaulah.
“Oh Ya, kak khaulah
dari mana?”, Tanya Ana.
“Aku dari Brondong,
ya lumayan dekat kan, hehehehe.”, jawab Khaulah.
“Iya nih, aku dulu
sekolah di Pondok Pesantren Al-Ishlah Sendang Agung Paciran kak. Kakak lulusan
mana?”, jelas dan tanya Ana.
“jangan panggil kak
ah, kita kan seangkatan. Jadi panggil khaulah saja ya. Aku lulusan PMDG
Mantingan, tahu kan?”, jawab dan tanya ulang Khaulah.
“ow dari gontor putri
ya, wah hebat-hebat.”, jawab Ana.
“Ah, sama saja kok.”,
tambah Khaulah.
_____
Tes
tulis usai, materi tidak begitu sulit jika mengikuti kegiatan orientasi jurusan
dengan baik pada awal sebelum perkuliahan. Para calon anggota duduk menunggu
giliran didepan ruangan yang disediakan.
Para
calon anggota duduk sambil membuka-buka materi sebagai perkiraan saja. Tes
lisan ini berlangsung selama 2 jam. Pukul 11.30 WIB brakhir sesi kedua. Mereka
istirahat untuk shalat dhuhur dan makan siang. Pukul 13.00 akan dilanjutkan
dengan Tes ketiga.
Perjalanan
tes ini memang tidak mudah bagi siapapun yang belum pernah berorganisasi
setingkat sekolah. Bagi mereka yang pernah bergelut di Osis pasti akan mudah
saja untuk melaluinya, pengalaman itu juga sebagai modal untuk berorganisasi.
Meskipun belum pernah, tim panitia akan menanyakan keseriusan calon anggota
untuk belajar dengan mereka di periode selanjutnya.
Keputusan
Seleksi
Seminggu
setelah Tes seleksi calon anggota HMJ, yang seharusnya sudah ada notifikasi
kelulusan dan tidak hari ini. Ana mencoba bertanya kesana kemari agar tahu
hasilnya, tapi dia merasa malu juga jika nantinya dia tidak lolos.
Hari
semakin sore, dia masih menunggu kabar baik dari kakak tingkatnya.
“Gimana
An? Lolos nggak?”, tanya Alya
“belum
tahu nih, belum ada pengumuman, mungkin akunggak lolos karena sampai malam
begini aku belum ada notifikasi masuk.”, jawab Ana.
“berdoa
saja, semoga apapun nanti menjadi yang terbaik untukmu.”, jawab Alya.
“iya
Al, Terima Kasih ya.”, jawab Ana.
“Iya,
sama-sama.”, tambah Alya.
Pukul
22.00 WIB malam ini Ana belum tidur juga, masih menunggu. Dia sampai
bolak-balik membaca informasi yang ada di grub. Dia tidak salah membaca hari
untuk pengumuman. Dia takut jika salah, dia mau tanya ke teman-teman yang dia
kenal tapi tidak cukup berani malam itu.
Kegelisahan
demi kegelisahan merangkapnya dalam sunyinya malam, sampai akhirna dia cukup
berani bertanya kepada Kak Gita, kakak panitianya malam itu. Dia mengirim pesan
pendek melalui Whatapps,
Assalamu’alaikum
Kak Gita.
Ana
mau bertanya terkait dengan pengumuman kelolosan. Apa mau diumumkan hari ini
ya?, Syukron Awy.
Pesan
sudah terkirim dan tanda centang dua sudah terlihat, tandanya whatapps kak Gita
masih aktif sampai malam ini. Ana tunggu sampai 5 menit, pesan itu sudah
berwarna biru tanda centangnya. Itu artinya Kak Gita sudah membacanya, terlihat
kak Gita lagi mengetik pesan balasan. Ana semakin gugup dan takut, dia
menyelingi dengan membaca Istighfar berkali-kali dan mulai menyadari bahwasanya
jikalau nanti tidak masuk dalam 15 besar maka bukan rezeeki dia tahun ini.
Pesan
kak Gita masuk, Ana takut membacanya tapi daripada sampai malam dia gelisah dan
belum tahu kepastian malah akan mengganggu kegiatan esok hari. Alya sudah tidur
pulas sedari tadi.
Wa’alaikumussalam Ana.
Mohon maaf sekali kamu belum bisa bergabung dengan kami tahun ini mungkin tahun depan kamu bisa mencoba lagi menjadi bagian dari kami.
Sebelumnya saya pribadi juga mohon maaf.
Pesan
singkat kak Gita sudah Ana baca dengan sedikit kecewa dan lega, kecewa karena
ternyata memang dia belum masuk kualifikasi menjadi anggota HMJ di jurusannya.
Dia memutuskan untuk segera tidur, dan ingin rasanya bertemu esok hari untuk
bertemu dengan Mb Rahmah. Dia ingin mengutarakan kegagalannya di seleksi
kepengurusan HMJ tahun ini.
______
Adzan
shubuh berkumandang, semua penghuni mushollah sudah siapmengikuti jama’ah
shubuh berjamaah. Petugas adzan adalah Arif, dia sangat rajin kalau masalah ini
karena sudah pengalaman di pesantren dulu, dan berniat melanjutkan sampai
kapanpun dia mampu.
Imam
sekaligus pengisi kuliah shubuh adalah Pak Harun. Ada beberapa warga sekitar
yang selalu aktif berjama’ah dengan kami di Mushollah kecil tapi sangat
terlihat terawat ini. Sehabis shalat, Mb Rahmah, Ana dan Alya bergegas ke dapur
untuk masak. Sebelum shubuh, Mb Rahmah sudah memasak Nasi untuk menyingkat
waktu.
“Mb
Rahmah, kita perlu belanja ke tukang sayur depan atau tidak pagi ini?”, tanya
Alya.
“tidak
Al, sudah cukup ini yang ada. Mungkin besok saja kita belanja beberapa
kebutuhan, tapi kalau kamu sama Ana pengen sesuatu kalian ke depan saja beli
yang disuka, coba tawari Arif dan Nanda sekalian.”, jawab Mb Rahmah.
“ow
enggak mb, aku kira kebutuhan kemarin habis.”, sahut Ana.
“iya
alhamdulillah ada beberapa wali murid kasih hasil panen mereka kemarin sore,
dan InsyaAllah cukup sampai besok.”, jelas Mb Rahmah.
“wah
alhamdulillah ya, enak ya hidup disini bisa makan banyak sayur-sayuran segar.”,
tambah Ana.
“Iya
an, bagi yang suka. Bagi yang tidak suka ya bayangkan saja.”, sahut Alya.
Mereka
tertawa bersama, masak memasak setiap hari memang cepat karena mereka masak
makanan yang mudah disamping itu Mb Rahmah selalu menyiapkan bumbu-bumbu yang
sudah diblender untuk satu pekan jadi tinggal nambah yang kurang saja.
Seusai
masak dan membersihkan sisa-sisa memasak, Mb Rahmah menawarkan Ana dan Alya Teh
manis hangat. Pak Harun, nanda dan Arif juga sedang menikmatinya di depan
Mushollah. Mereka habis membersihkan halaman rumah, musholla dan rumah belajar.
“gimana
An kelanjutannya?”, tanya Mb Rahmah.
“kelanjutan
yang apa mb?”, tanya Ana balik.
“itu
yang seleksi kemarin.”, tambah Mb Rahmah.
“Iya
nih mb belum rezeki belajar oragnisasi di HMJ tahin ini.”, jawab Ana.
“ow,
ndak apa-apa, banyak temapt kok untuk aktualisasi diri.”, jelas Mb Rahmah.
Setelah
obrolan itu berlalu, mereka berkumpul di meja makan semua, bukan untuk makan,
karena kami dibebaskan makan dimana saja. Pak Harun dan Mb Rahmah mengumpulkan
mereka disana untuk membicarakan sesuatu yang penting.
Mereka
menyiapkan sesuatu, jadi mereka berempat akan diikutkan training di Batu selama
sepekan penuh, perkiraan mereka perkuliahan juga sudah selesai di tanggal itu.
Rencana ini memang mereka sampaikan setelah mengetahui hasil seleksi, karena
jika Ana lolos maka Pak Harun dan Bu Rahmah tidak akan mengikutkan Ana.
Segala macam persiapkan sudah disiapkan Pak Harun dan Mb Rahmah, memang sayang kalau dilewatkan kegiatan ini. Mendapat ilm dan sertifikat yang nilainya tidak main-main. Sebenarnya untuk mendapat kuota di pelatihan ini tidak mudah, tapi karena penyelenggara adalah teman dekat Pak Harun, jadi selalu memberika 4 sampai 5 seat.
Pak Harun selalu menawarkan kepada mahasiswa-mahasiswi
bimbingannya setiap tahun dan mereka selalu berebut. Untuk pelatihan ini saja
sudah ada yang menanyakan sejak 5 bulan lalu, tapi Pak Harun tidak mengiyakan
karena kuota itu akan diberikan kepada mereka berempat, satu seat lagi untuk
mahasiswa terbaik di jurusannya sebagai hadiah Pak Harun untuknya yang selama
ini mau bekerja sama untuk penelitian.
Pembicaraan
itu usai, mereka kemabli ke kamar untuk bersih-bersih kamar dan diri
masing-masing, hari ahad ini mereka bebas tidak ada mengajar. Pak Harun dan Mb
Rahmah membebaskan mereka kalau mau keluar jalan-jalan. Arif dan Nanda mau ke
toko buku, pastinya mengajak Ana dan Alya, keempatnya sudah seperti saudara
sendiri selama disini, jika satu beli atau mau pergi pasti saling menawari
untuk bersama-sama meskipun tetap ada yang tidak mau.
Ana
dan Alya masih pengen untuk tetap di rumah saja, Ana dan Alya hanya menitip
buku dan beberapa keperluan ke Arif dan Nanda. Ana dan Alya ingin menyelesaikan
beberapa tugasnya yang harus diselesaikan di pekan ini.
Ana mengistirahatkan badannya sebentar menjelang dhuhur, dia merenungi nasibnya semalam, dan menggantinya di pagi hari. Ana gagal masuk menjadi anggota HMJ Tahun ini, tapi Allah ganti pelatihan luar biasa di akhir semester nanti, yang ternyata banyak sekali yang merebutka kursi ini, dia dan teman-teman mendapatkannya dengan Cuma-Cuma dari Pak Harun dan Mb Rahmah.
Dia kadang sampai
bingung, kira-kira nanti mau membalas apa untuk mereka berdua. Setiap hari jika
nganggur, dia pasti berfikir untuk itu. Dia selalu menyelipkan doa agar
keduanya segera dianugrahi momongan, mereka sudah menikah selama kurang lebih 5
tahun katanya tapi belum ada rezeki itu, makanya mereka ingin membuat Asrama
sebagai wasilah mendidik anak meskipun bukan anak sendiri.
Satu
hal yang Ana masih pegang dengan kuat, bahwa setelah kesulitas pasti ada
kemudahan. Ini sangat lumrah dan benar-benar terjadi bagi siapa saja yang sadar
dan bersabar.
Bersambung...
Posting Komentar untuk "Puan Tak Malang (5)"