Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bertahan Selalu Mengajar

    


    Mengajar adalah suatu aktivitas mentransfer ilmu kepada siswa, siswa disini bukanlah manusia yang berlabel pelajar di lembaga resmi saja, akan tetapi siapa saja yang sedang belajar. Kurang lebih 7 tahun mengajar di lembaga pendidikan resmi memang tetap kurang cukup untuk dapat dikatakan "kompeten". Ilmu luas, setinggi-tingginya jenjang pendidikan yang kita dapat tentu masih banyak yang tidak kita ketahui di dunia ini.

    Sejak resign dari lembaga resmi, saya pindah mengikuti suami di suatu kota yang jauh dari kota asal dan kota perantauan sebelumnya. Siap tidak siap, tapi ini pilihan karena mengikuti suami. Melepaskan kegiatan demi kegiatan selama kurang lebih 10 Tahun itu tidak mudah, karena bukan kegiatannya saja akan tetapi teman-teman yang inspiratif dan tempat yang memiliki sisi historis. 

    Bepindah ke tempat baru, tugas utamanya adalah penyesuaian. Penyesuaian menjadi istri, menantu, warga baru dan lainnya. Hal ini tidak begitu mudah, satu persatu diamati dan diperhatikan dengan baik, kemudian dicatat di otak. Banyak perbedaan yang dapat kita temui setiap saat, mulai bahasa, budaya, dan cara hidup manusia perkotaan.

    Hampir sebulan berlalu di tempat baru, hal pertama yang dapat dilakukan adalah mengajar private. Ini bukan hal baru bagi saya, karena di Surabaya saya sudah mulai mengajar private sejak kuliah sampai bekerja, terkadang bukan karena uang akan tetapi sebuah kesenangan untuk memenuhi waktu agar tidak terbuang dengan sia-sia. 

    Siswa pertama yang aku dapat adalah anak kelas 2 (sekarang kelas 3), tetangga rumah. Kondisi pembelajaran saat itu adalah online, dia belum pernah merasakan enaknya sekolah tatap muka sehingga tidak ada bayangan bagaimana sekolah jenjang Sekolah Dasar. Kita sepakat jam berapa kita akan bertemu, awalnya kita belajar di rumahnya, beberapa hari berlalu dia sudah mulai berubah mood belajarnya. Akhirnya kita berpindah ke rumah mertua (karena aku tinggal di rumah mertua, hehehe). Rumah mertua sudah biasa didatangi anak-anak yang ingin belajar mengaji, jadi bukan suatu hal yang aneh. 

    Dia belum menemukan apa itu sekolah SD, atau apa itu tugas dan PR. Waktu itu dia belum bisa membaca sehingga beberapa tugas harus dibacakan dengan baik. Oh ya, sejak aku mendampinginya belajar, hampir setiap pembelajaran oline adalah tugas, artinya siswa butuh pendamping belajar di rumah. Ini menjadikan wali siswa mulai protes karena bayar lebih tapi tetap harus mendampingi atau bahkan mencarikan guru pendamping, sehingga menambah pengeluaran.

    Satu hari dengan hampir dua tugas mata pelajaran ternyata membuatnya semakin tidak ingin datang ke rumah karena tidak ada motivasi belajar. Bujuk rayu saudara-saudaranya hampir setiap hari saya lihat, jam datang yang tidak pernah tepat waktu. Kadang pagi, kadang siang atau bahkan sore. Jadi waktuku seharian rasanya hanya untuk menunggu. Jika ditegaskan, sama saja tetangga juga tahu kalau saya pengangguran. hehe.

   Satu tahun berlalu, Alhamdulillah. Ada perkembangan yang signifikan. Dia mau belajar tanpa paksaan , dia mau berangkat dengan jam yang sudah disesuaikan. Bebebrapa faktor yang kuamati adalah, karena dia sudah mulai sekolah luring, itu artinya dia sudah bertemu dengan wujud sekolah, kelas, guru dan teman-teman. Mungkin melihat teman-temannya yang cukup bisa sehingga dia tidak mau kalah dengan temannya. Faktor kedua karena ada teman belajar yang kompetitif, disini dia ingin di satu kondisi lebih superior karena di sekolah menjadi inferior.

    Tantangan tidak cukup disini, semua orang tua pasti menginginkan anaknya mampu secara akademik dengan cara dikasih pembelajaran tambahan. Hukum ekonomi berlaku, aku bayar ya aku dapat hasil, dalam artian hasil disini ya anaknya mampu dengan ukuran nilai ulangan yang diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau baca Al-Qur'annya sudah bagus dan lancar. Sampai pada suatu hari saya dapat teguran karena anaknya belum ada progres apa-apa selama sama saya. Disini saya menemukan adanya perbedaan faham terkait dengan proses belajar.

    14 bulan belajar bersama memang terhitung sudah lama, banyak cara yang sudah saya lakukan untuk mencoba meningkatkan kemampuannya, akan tetapi rumit karena proses ini bukanlah cukup dengan saya saja tapi kerjasama antara sekolah, guru dan terutama orang tua. Kondisi ini adalah lika-liku mengajar, memang terasa menjengkelkan akan tetapi bertahan untuk tetap mengajar adalah sebuah cita-cita untuk selalu bermanfaat kepada siapa saja.

Posting Komentar untuk "Bertahan Selalu Mengajar"