TSUNDOKU
Tsundoku menurut Wikipedia adalah istilah untuk menggambarkan keadaan memiliki bahan bacaan, tetapi membiarkannya menumpuk tanpa membacanya. Ini penyakit yang ada pada diriku sejak beberapa tahun lalu dan belum sembuh. Aku pun tidak mencari obat untuk sembuh, membiarkannya saja. Siapa tahu kalau memang ada rezeki lama-lama bisa jadi perpustakaan mini.
Rasa suka berkunjung ke toko-toko buku terdekat sejak kuliah, entah beli atau sekedar mencuci mata. Sekitar tahun 2012-2015, ada toko buku di Margorejo tidak jauh dari UIN Sunan Ampel. Hampir buku-buku yang dijual diskon 5-15%, apalagi ditambah kalau member. Waktu itu, beli buku seerlunya untuk kuliah saja, terkadang aku sama teman-teman jalan kaki kesana agar tidak mengeluarkan uang transportasi.
Penyakit semakin menjadi saat bekerja, mencoba mensisihkan uang untuk membeli buku setiap bulan. Entah mencari referensi buku yang menarik dulu atau langsung datang ke toko buku baru mencari. Setiap ada pameran buku terbesar di Surabaya yang sering dihelat di JX Internasional, aku usahakan datang untuk mencari buku-buku yang sekiranya menarik untuk dikoleksi dan tentunya tetap mengkalkulasi budget.
Buku-buku yang pernah kubeli, ada yang kuhabiskan dari awal hingga akhir. Ada yang hanya ku cicipi setengah, sepertiga atau bahkan seerempatnya saja. Ada juga yang belum aku baca sama sekali, sering aku pegang dan baca daftar isinya semoga ada yang menarik dibaca.
Sampai saat ini, beberapa buku yang menggoda kucoba beli untuk mengisi waktu-waktu kosong tapi rasa malas tetap memenangkan waktu-waktu itu. Akhirnya beberapa buku ada yang baru kebaca setengah bahkan seperempatnya saja.
Tsundoku menjadi penyakit baik dan buruk, baik jika punya tujuan baik jangka panjang dan merawatnya dengan baik meskipun tidak dibaca sendiri tapi buruk jika dibeli dan tidak dirawat, membiarkannya rusak tidak bernilai.
Posting Komentar untuk "TSUNDOKU"