Idul Fitri : Kembali Menjadi apa?
Idul Fitri, Hari dimana kedatangannya sangat dinanti oleh seluruh umat muslim di dunia. Id yang mempunyai arti kembali, dan Fitri yang mempunyai arti suci atau berbuka. Manusia kembali dalam keadaan suci setelah ditempa selama sebulan untuk Puasa, dimana tidak hanya puasa dari makan dan minum tapi segala keburukan yang nantinya mampu mempengaruhi kehidupan 11 bulan setelahnya. arti lain dari Fitri adalah berbuka, dimana kita tidak hanya berbuka secara makan dan minum, akan tetapi kita berbuka dengan kebaikan-kebaikan yang sudah kita tanam selama satu bulan.
Apa yang terbayang saat Idulfitri? sejak kecil bayangan kita mungkin hari yang identik dengan baju baru, hidangan makanan yang berbeda dari biasanya, bermaaf-maafan, silaturrahim dan lain-lain.
Ada yang menarik untuk diambil pelajaran dari tulisan Kalis Mardiasih yang berjudul "Bagaimana Perempuan memaknai Idulfitri?", dimana bertambahnya usia, pemaknaan Idulfitri pasti berbeda, bukan sekedar baju baru, makanan, silaturrahim, tapi sebuah kejujuran dengan diri sendiri. Hati yang mau jujur untuk memaafkan diri sendiri, keluarga, kerabat dan siapapun yang kita pinta maafnya secara lisan. Terkadang lisan tidak sejalan dengan isi hati, jadi hanya mengikuti ritual tahunan sebagai wujud perayaan tapi tidak benar-benar jujur dari hati.
Apalagi dua kali Idulfitri dilaksanakan saat pandemi Covid-19, dimana beberapa ritual berbeda dari biasanya. Tahun lalu, umat muslim dilarang melaksanakan ibadah shalat Idulfitri di Masjid atau lapangan seperti tahun-tahun sebelumnya, akan tetapi tahun ini sudah sedikit bergeser. Wilayah yang sudah memasuki tanda orange sampai hijau diperbolehlan menggelar ibadah shalat Idulfiri berjamaah di Masjid atau lapangan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Ritual lain yang berbeda adalah larangan mudik ke kampung halaman, dimana pemerintah mempunyai aturan perjalanan untuk menghindari peningkatan jumlah pasien covid-19, selain itu silaturrahim juga dianjurkan menggunakan media-media online.
Nah, betapa banyak perubahan yang harusnya mampu menyadarkan diri setiap manusia untuk memperbanyak muhasabah diri untuk memaknai kembali Idulfitri, kembalinya kita kepada manusia baru yang sudah ditempa 30 hari dengan berpuasa dari keburukan mampu menjadikan diri setiap manusia mampu bersikap jujur bahwa Idulfitri tidak hanya perayaan kasat mata saja, tapi perayaan hati yang bebas dari keburukan, kedengkian, kesombongan, dan lain-lain.
Berdamai dengan hati sendiri mungkin bak sedang berperang,
kadang mudah kadang sulit, tapi belajar jujur adalah salah satu
Idulfitri. sisa usia ini kadang dirasa perlu diajak untuk menyelami
ulang makna Idulfitri, ajakan kembali kepada wujud diri yang seperti apa
dan bagaimana kedepannya.
Posting Komentar untuk " Idul Fitri : Kembali Menjadi apa?"