Perempuan dan Seni Memasak
Memasak adalah sebuah aktivitas yang tidak akan terlewat dalam keseharian manusia, yang mana kegiatan ini untuk menyiapkan makanan mentah menjadi matang untuk layak dikonsumsi. Ada yang menjadikannya sebagai kebutuhan untuk memenuhi pangan, sekedar senang-senang untuk mencoba menu-menu baru atau bahkan profesi, yang artinya setiap saat memasak.
Pandangan masyarakat tentang memasak melekat sekali dengan perempuan, jika yang kita lihat pada sekala kecil seperti keluarga. Maka memasak adalah pekerjaan perempuan. Seperti yang selalu kita dengar bahwa perempuan dilabeli dengan 3M (macak, masak dan manak, dalam bahasa indonesia adalah mempercantik diri, melahirkan, dan memasak). Mayoritas masyarakat kita, memasak dan mencuci dikerjakan oleh perempuan atau ibu sehingga anak-anak kecil sudah terbiasa bahwa itu adalah tugas perempuan.
Jika kita melihat pada sekala besar, memasak bukan lagi keahlian perempuan. Koki kelas hotel bintang 5 mayoritas laki-laki, kita bisa menemukan satu bukti bahwa keahlian memasak juga milik laki-laki. Ajang memasak bergengsi tingkat Nasional seperti Master Chef dimana 3 juri yang ditunjuk adalah 2 laki-laki dan 1 perempuan. Ketiganya belajar tentang masak memasak yang tentunya tidak biasa-biasa saja.
Masyarakat kita masing menganggap bahwasanya memasak adalah pekerjaan perempuan. Jika perempuan tidak bisa menggoreng, merebus, mengukus, menumis, membakar, memanggang dan menyangrai maka mereka tidak mengatakan perempuan sempurna. Apakah memasak menjadi tolak ukur kesempurnaan menjadi perempuan? Apakah salah jika perempuan tidak mau memasak? Sebagian besar masyarakat menentukan tolak ukur kesempurnaan perempuan dengan beberapa ketentuan seperti memasak, melahirkan normal dan menyusui. Mereka menganggap bahwa perempuan tidak mau memasak juga salah.
Memasak dan tidak memasak adalah dua pilihan yang boleh perempuan pilih dalam menjalani kehidupannya. Perempuan masak untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, untuk menjamin kebersihan, kesehatan dan kandungan gizi keluaraga adalah sebuah peran luar biasa yang mampu mereka ampuh. Mereka menganggap memasak adalah seni untuk menghibur diri sendiri dikala kejenuhan aktivitas lainnya. Ada ibu rumah tangga penuh waktu di rumah yang memeilih memasak untuk keluarganya, ada ibu kerja sekaligus mengurus seluruh kebutuhan keluarganya juga memilih untuk tetap memasak sendiri untuk keluarganya
Bagi perempuan yang memeilih tidak memasak untuk memenuhi pangan keluaraga merupakan pilihan yang luar biasa pula dengan banyak pertimbangan konseskuensi. Faktor yang mempengaruhi mereka untuk memilih tidak memasak bisa disebabkan oleh tidak ada kemampuan dan menghemat waktu, seperti satu pengusaha perempuan yang memaparkan bahwa dirinya tidak ingin menghabiskan waktunya untuk memasak di dapur yang membutuhkan waktu berjam-jam. Dia ingin menghabiskan waktunya untuk berfikir bagaimana membesarkan bisnisnya, tidak ingin ada waktu yang terbuang sia-sia. Kemudian bagaimana caranya memenuhi kewajibannya sebagai istri? menurutnya kewajiban istri bukan pada persoalan keharusan masak, akan tetapi menyediakan makan. Jadi, makanan tersebut berasal dari tangan sendiri atau bukan tidak jadi persoalan lagi.
Jadi, perempuan memasak atau tidak dalam menjalani kehidupannya adalah pilihan yang mereka pilih. Pilihan tersebut menyesuaikan dengan kondisi keluarga dengan berbagai macam pertimbangan.
Posting Komentar untuk "Perempuan dan Seni Memasak"